Cari Blog Ini

Senin, 28 Desember 2009

Perdarahan pada Neonatus

Perdarahan pada Neonatus
Posted by admin in March 18th, 2009
Posted in: Uncategorized



































Dalam berbagai penelitian dilaporkan bahwa 5-10% penyebab anemia berat pada neonatus adalah perdarahan. Sedangkan kejadian anemia pada bangsal rawat intensif neonatus tercatat sebesar 25%, yang dinyatakan dengan merendahnya volume sel darah merah. Angka tersebut merupakan kejadian diluar negeri yang fasilitas perawatannya sudah memadai. Meskipun belum ada data, tetapi dengan memperhatikan masih tingginya pertolongan persalinan oleh dukun (70-80%) serta fasilitas pelayanan yang untuk sebagian besar belum memadai, dapat diperkirakan bahwa di Indonesia kejadian perdarahan pada neonatus akan memperlihatkan angka yang jauh lebih tinggi, setidak-tidaknya 2 kali lipat dibandingkan dengan kejadian di negara maju.(1)

II.1. DEFINISI

Perdarahan ialah keluarnya darah dari salurannya yang normal (arteri, vena atau kapiler) ke dalam ruangan ekstravaskulus oleh karena hilangnya kontinuitas pembuluh darah (2). Sedangkan perdarahan dapat berhenti melalui 3 mekanisme, yaitu :

1. Kontraksi pembuluh darah

2. Pembentukan gumpalan trombosit (platelet plug)

3. Pembentukan trombin dan fibrin yang memperkuat gumpalan trombosit tersebut.

Umumnya peranan ketiga mekanisme tersebut bergantung kepada besarnya kerusakan pembuluh darah yang terkena. Perdarahan akibat luka kecil pada pembuluh darah yang kecil dapat diatasi oleh kontraksi arteriola atau venula dan pembentukan gumpalan trombosit, tetapi perdarahan yang diakibatkan oleh luka yang mengenai pembuluh darah besar tidak cukup diatasi oleh kontraksi pembuluh darah dan gumpalan trombosit. Dalam hal ini pembentukan trombin dan akhirnya fibrin penting untuk memperkuat gumpalan trombosit tadi. Disamping untuk menjaga agar darah tetap didalam salurannya diperlukan pembuluh darah yang berkualitas baik. Bila terdapat gangguan atau kelainan pada salah satu atau lebih dari ketiga mekanisme tersebut, terjadilah perdarahan yang abnormal yang sering kali tidak dapat berhenti sendiri.(2)

II.2. ETIOLOGI

Berdasarkan etiologi dan waktu kejadiannya, perdarahan pada neonatus dapat diklasifikasikan dalam 4 kategori utama yaitu :

1. Perdarahan in utero

2. Perdarahan obstetrik

3. Perdarahan post natal

4. Perdarahan iatrogenik

Dalam kenyataannya sukar membedakan kejadian perdarahan karena tindakan obstetrik dan perdarahan postnatal, misalnya robekan dengan perdarahan hepar akibat tindakan pada persalinan yang sulit baru akan mengakibatkan gejalanya beberapa hari kemudian dalam masa postnatal. Dalam hal demikian, untuk penggolongannya lebih diutamakan faktor waktu dan bukan faktor penyebabnya, jadi contoh jenis perdarahan tersebut diklasifikasikan ke dalam golongan perdarahan postnatal.(3)

Dalam penanganannya perlu dilakukan tindakan yang cepat dan tepat, karena perdarahan akut sebanyak 30-50 ml telah dapat menyebabkan anemia dan renjatan. Pengobatan yang berdasarkan diagnosis dini sangat diperlukan untuk mencegah dilakukannya tindakan yang lebih invasif, yang mungkin akan merugikan tumbuh-kembang neonatus dengan perjalanan hidupnya yang masih jauh akan ditempuhnya. Pemberian tranfusi komponen darah dapat merupakan rangsang awal untuk terjadinya reaksi imunologik pada usia lanjut.(3)

II.3. PERDARAHAN IN UTERO

A. Perdarahan Feto-plasenta

Pada jenis perdarahan ini darah janin tercurah ke dalam jaringan plasenta atau terkumpul menjadi hematoma retroplasental. Sebagai akibat perdarahan ini akan lahir bayi dengan anemia.(3)

Etiologi

Penyebab tersering adalah umbilikus yang kaku dan tindakan selama seksio sesarea. Dalam keadaan ini aliran darah ke janin melalui vena akan berkurang, sedangkan aliran darah yang keluar dari janin ke plasenta melalui arteri berlangsung terus, sehingga volume darah janin akan berkurang. Kekurangan tersebut dapat mencapai jumlah 20% dari volume darah janin. Pada seksio sesarea bila posisi bayi ada diatas umbilikus, maka aliran darah dari bayi ke plasenta melalui A. umbilikalis akan menetap, sedangkan aliran balik dari plasenta ke bayi melalui V. umbilikalis akan terhambat karena tekanan hidrostatik. Keadaan inipun mengakibatkan berkurangnya volume darah bayi.(3)

B. Perdarahan Feto-maternal

Dalam kepustakaan dilaporkan bahwa jenis perdarahan ini terjadi pada 50% kehamilan biasa, mulai dari derajat ringan sampai derajat yang berat. Walaupun pada sebagian besar kasus perdarahan yang terjadi umumnya ringan, namun perdarahan feto-maternal dapat mengakibatkan gawat janin atau kejadian lahir mati, serta merupakan salah satu penyebab tersering terjadinya anemia pada bayi baru lahir.(3)

Etiologi

Penyebab yang sering dikemukakan adalah tindakan amniosentesis, tindakan pertolongan persalinan (seperti tekanan pada fundus, versi kepala, pengeluaran plasenta secara manual, pemakaian oksitosin), toksemia gravidarum, eritroblastosis fetalis, dan tumor plasenta (korioangioma dan koriokarsinoma). (3)

Manifestasi klinis

Dibedakan antara perdarahan menahun dan akut. Pada jenis menahun, perdarahan terjadi secara lambat selama kehamilan, sehingga janin masih berkesempatan untuk mengadakan kompensasi hemodinamik. Waktu lahir, bayi hanya tampak agak pucat dengan keadaan umum cukup baik, aktif, dan tidak terlihat sakit. Berlainan halnya dengan perdarahan akut, bayi lahir dengan keadaan umum yang lemah, pucat, pernafasan tidak teratur, bahkan mungkin disertai dengan renjatan. Gejala klinis dan laboratorium kedua jenis perdarahan ini dapat dibedakan. (3)

Pemeriksaan Laboratorium

Nilai Hb dapat bervariasi antara 3,0-12,0 g/dl. Pada perdarahan menahun, gejala anemia terdeteksi ketika bayi lahir, sedangkan kadar Hb yang nyata merendah pada perdarahan akut baru terlihat beberapa jam setelah lahir. Dengan demikian kadar Hb pada waktu lahir tidak berkaitan dengan jenis dan beratnya perdarahan. Sediaan apus darah tepi menunjukkan gambaran normokromik-mikrositik pada perdarahan akut atau gambaran hipokromik-mikrositik pada perdarahan menahun; normoblas dapat ditemukan pada kedua jenis perdarahan. Kadar bilirubun serum biasanya normal dan uji Coombs direk memberikan hasil negatif. Karena perdarahan menahun sering mengakibatkan defisiensi besi, maka pada jenis perdarahan ini dapat dijumpai kadar besi dan feritin serum yang rendah.(3)

Pemeriksaan laboratorium terpenting pada perdarahan ibu-janin adalah pemeriksaan untuk membuktikan adanya eritrosit janin dalam sirkulasi darah ibu, yang biasanya dikerjakan dengan cara elusi asam menurut Kleihauer atau cara denaturasi alkali menurut Singer. (3)

Diagnosis

Terjadinya perdarahan feto-maternal harus dicurigai pada neonatus yang lahir dengan anemia tanpa riwayat kehilangan darah sebelumnya dan tanpa adanya tanda isoimunisasi. Diagnosis ditegakkan dengan mendeteksi adanya eritrosit janin pada sirkulasi darah ibu, yang biasanya dikerjakan dengan cara Kleihauer. Pada inkompatibilitas ABO, eritrosit janin yang masuk ke dalam sirkulasi ibu akan dihancurkan oleh anti-A atau anti-B; atas dasar ini pemeriksaan kleihauer harus dikerjakan dalam waktu beberapa jam postnatal. Dengan memperhatikan ciri-cirinya dapat dibedakan antara perdarahan akut dan menahun. Diagnosis duga perlu difikirkan dengan terdapatnya eritrofagositosis pada sediaan apus buffy coat darah ibu atau meningkatnya titer anti-A atau anti-B imun dalam serum ibu menjelang kelahiran. Dengan melakukan pemeriksaan golongan darah ABO/Rh pada ibu dan bayi, kadar Hb F, dan uji Coombs dapat dibuat diagnosis banding dengan sindrom talasemia, hemoglobinopati, atau eritroblastosis fetalis. (3)

Pengobatan

Pada perdarahan akut dapat diberikan carian intravena atau transfusi darah atas indikasi yang tepat. Karena dapat terjadi renjatan dan gawat janin, mungkin diperlukan perawatan intensif; pemberian preparat besi biasanya ditangguhkan. Jenis perdarahan menahun umumnya tidak memerlukan transfusi darah; dalam kasus ini senyawa besi dapat langsung diberikan. (3)

C. Perdarahan Feto-fetal

Jenis perdarahan ini dicurigai untuk pertama kalinya pada tahun 1942 ketika ditemukan adanya anemia pada satu kembar dan polisitemia pada kembar lainnya. Sejak itu jumlah kasus dilaporkan dalam kepustakaan, yang kemudian kejadiannya pada kembar monokrionik diperkirakan sebanyak 15-33%. Perdarahan feto-fetal akan menimbulkan meningkatnya morbiditas dan mortalitas, baik pada kembar donor maupun pada kembar resipien.(3)

Terdapat 2 faktor yang berperan pada perdarahan feto-fetal : (1) jenis plasenta, dan (2) jenis anastomosis. Pada kehamilan kembar terdapat 4 macam plasenta, yaitu : (a) diamniotik-dikorionik terpisah, (b) diamniotik-dikorionik tergabung, (c) diamniotik-monokoriotik tergabung, dan (d) monoamniotik-monokoriotik tergabung. Dibedakan 3 jenis anastomosis pembuluh darah fetus dalam plasenta : (1) arteri ke artei, (2) vena ke vena, dan (3) arteri ke vena. Dengan memperhatikan kedua faktor tersebut, perdarahan feto-fetal sering terjadi pada kembar dengan plasenta monokorionik dan anastomosis arteri ke vena.(3)

Manifestasi klinis

Sebagai akibat transfusi feto-fetal yang paling sering adalah lahir mati atau kematian neonatal dini. Pada jenis perdarahan inipun dibedakan perdarahan menahun dan akut. Gejala yang ditemukan pada kembar donor adalah pucat, lemah, dan mungkin disertai tanda renjatan. Sering ditemukan pula tanda kompensasi sistem eritropoetik, berupa adanya normoblas pada darah tepi atau kenaikan retikulosit. Meskipun tidak selalu, umumnya berat badan bayi donor lebih rendah dari bayi resipien. Kaitan perbedaan berat badan dengan jenis perdarahan dikemukakan sebagai berikut. Bila perbedaan berat badan antara bayi kembar melebihi 20% berat badan bayi kembar yang besar, maka : (1) jenis perdarahan yang terjadi berupa perdarahan menahun, dan (2) bayi kembar dengan berat badan rendah ialah kembar donor. Keadaan ini dapat dikonfirmasikan dengan kenaikan jumlah retikulosit pada kembar kecil sebagai akibat telah terjadinya perdarahan menahun.(3)

Lebih parah lagi gejala yang ditemukan pada kembar resipien sebagai akibat terjadinya polisitemia. Seandainya lahir hidup, gejala akibat polisitemia dapat berupa bayi pletorik, polihidramnion dengan disertai dekompensasi jantung, kesulitan pernafasan, trombosis, hiperbulirubinemia dan kernikterus.(3)

Pemeriksaan Laboratorium

Pada kembar identik (monokorionik) dugaan terjadinya transfusi feto-fetal dimungkinkan bila terdapat adanya perbedaan kadar Hb antara kedua kembar yang melebihi 5 g/dl. Nilai Hb hendaknya ditetapkan dengan pengambilan darah vena. Pada kembar donor ditemukan anemia dengan nilai Hb yang berkisar antara 3,7-18,0 g/dl, jumlah retikulosit meningkat, normoblas pada darah tepi, dan mungkin trombositopenia pada keadaan yang berat. Tanda yang ditemukan pada kembar resipien adalah polisitemia dengan nilai Hb berkisar antara 20-30 g/dl, hematokrit dapat mencapai nilai 82%, dan hiperbilirubunemia yang dapat melebihi nilai 20 mg/dl.(3)

Pemeriksaan makroskopis plasenta dapat pula membantu diagnosis, seandainya ditemukan hidramnion pada kantong amnion yang satu dan oligohidramnion pada kantong amnion lainnya. Pada autopsi dapat dideteksi perbedaan yang nyata pada ukuran dan berat badan bayi maupun organ tubuh, seperti hati, jantung, ginjal, dan timus. (3)

Pengobatan

Penanganan bayi kembar dengan sindrom transfusi feto-fetal memerlukan tindakan cepat dan tepat, serupa dengan tindakan gawat darurat. Bayi kembar donor yang mungkin dalam keadaan gawat memerlukan parawatan intensif yang umum, seperti pembebasan jalan nafas, pemberian oksigen, pemberian cairan intravena atau darah, pengelolaan keseimbangan asam-basa dan parameter hematologik lainnya. Bila terdapat gejala payah jantung, dapat diberikan digitalisasi dengan pemberian digoksin 0,03-0,05 mg/kg.BB/hari secara parenteral, yang mungkin perlu disertai degnan pemberian furosemid 0,5-1,0 mg/kg.BB/kali secara intramuskular, dan dapat diulang setelah 2 jam. (3)

Bayi kembar donor dengan keadaan umum cukup baik dan hanya menunjukkan gejala anemia ringan cukup diberi senyawa besi oral, misal sulfas ferosus 5-10 mg/kg BB/hari selama labih kurang 3 bulan. Baik bayi kembar donor maupun resipien pemantauan kadar Hb diperlukan dalam masa 3 bulan postnatal, tanpa menghiraukan pernah atau tidaknya pemberian transfusi darah. Hal ini diperlukan karena seringnya terjadi anemia defisiensi besi pasca transfusi biasa maupun pasca transfusi ganti. Setelah 3 bulan biasanya cadangan besi terpenuhi dan keseimbangan besi tubuh cukup memadai. (3)

II.4. PERDARAHAN OBSTETRIK DAN KELAINAN PLASENTA

Robekan umbilikus

Komplikasi persalinan ini masih dijumpai sebagai akibat masih terjadinya partus presipitatus dan tarikan berlebih pada lilitan atau pendeknya tali pusat pada partus normal. Pada partus presipitatus selain perdarahan dari umbilikus mungkin ditemukan gejala perdarahan intrakranial akibat tidak tertangkapnya bayi saat melahirkan dan kemudian jatuh ke lantai. (9)

Robekan umbilikus mungkin pula terjadi karena kelalaian tersayatnya dinding unbilikus/plasenta sewaktu seksio sesarea. Robekan tali pusat disebabkan pula karena pecahnya hepatoma, varises dan aneurisma pembuluh darah, tetapi pada sebagian kasus tanpa penyebab yang jelas. Kadang-kadang secara sepintas tidak tampak adanya perdarahan eksternal, karena darah yang keluar langsung masuk kedalam jaringan plasenta. Perdarahan karena pecahnya hematoma dapat mengakibatkan perdarahan masif, bahkan kematian bayi. (9)

Pada kasus dengan robekan pembuluh darah umbilikus tanpa adanya trauma, hendaknya difikirkan kemungkinan adanya kelainan anatomik pembuluh darah, seperti pembuluh aberan, insersi velamentosa tali pusat, atau plasenta multilobularis. Pembuluh darah aberan mudah pecah karena dindingnya tipis dan tidak ada perlindungan jelly Wharton pada insersi velamentosa, pecahnya pembuluh darah terjadi pada tempat percabangan tali pusat sampai ke membran tempat masuknya dalam plasenta, karena didaerah tersebut tidak ada proteksi. Umbilikus dengan kelainan insersi ini sering terdapat pada kehamilan ganda atau multipel. Demikian pula pada plasenta multilobularis pembuluh darah yang menghubungkan masing-masing lobus dengan jaringan plasenta sangat rapuh dan mudah pecah. (9)

Perdarahan akibat plasenta previa atau abrupsio plasenta dapat membahayakan bayi. Dalam kepustakaan dilaporkan terjadinya anemia pada 10 bayi baru lahir yang disertai dengan plasenta previa. Abrupsio plasenta lebih sering mengakibatkan kematian intrauterine karena anoksia ketimbang anemia pada bayi baru lahir; diantara bayi dengan abrupsio plasenta yang tertolong hidup, kejadian anemia tercatat hanya sebesar 4%. Pengamatan plasenta untuk menentukan adanya perdarahan hendaknya dilakukan pada bayi yang dilahirkan dengan kelainan plasenta atau dengan seksio sesarea; bila diperlukan pada bayi demikian dapat dilakukan pemeriksaan hemoglobin secara berkala. (9)

II.5. PERDARAHAN POSTNATAL

A. Perdarahan intrakranial

Trauma lahir intrakranial pada neonatus umumnya berupa perdarahan intrakranial. Perdarahan intrakranial pada neonatus dapat terjadi akibat trauma mekanis, trauma hipoksik, atau gabungan keduanya. Dengan kemajuan bidang obstetri, trauma lahir mekanis umumnya dapat dihindari atau dikurangi, tetapi trauma hipoksik sering lebih sukar untuk dihindari. Trauma hipoksik yang terjadi pada bayi kurang bulan atau bayi prematur sering menimbulkan terjadinya perdarahan intrakranial. Hal ini disebabkan masih imaturnya susunan saraf pusat, sistem sirkulasi serebral, dan sistem autoregulasi bayi kurang bulan. Pada waktu ini perdarahan intrakranial pada neonatus lebih sering dijumpai pada bayi kurang bulan dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Lokasi perdarahan intrakranial dapat terjadi ekstraserebral seperti perdarahan dalam rongga subdural atau rongga subaraknoid. Selain itu dapat pula ditemukan di parenkim serebrum atau serebelum, atau masuk ke dalam ventrikel yang berasal dari perdarahan di matriks germinal subependimal atau pleksus koroid.(6)

Klasifikasi perdarahan intrakranial pada neonatus menurut Volpe, dalam garis besarnya secara klinis dibagi dalam empat jenis, yaitu : (1) Perdarahan subdural, pada bayi cukup bulan lebih sering dijumpai dibandingkan dengan bayi kurang bulan, umumnya faktor penyebabnya berupa trauma. (2) Perdarahan subaraknoid primer, pada bayi kurang bulan lebih sering dijumpai dibandingkan bayi cukup bulan, umumnya faktor penyebabnya berupa trauma atau faktor hipoksia. (3) Perdarahan intraserebelar, umumnya dijumpai pada bayi kurang bulan yang disebabkan oleh faktor hipoksia atau mungkin oleh faktor trauma. (4) Perdarahan periventrikular-intraventrikular, dijumpai pada bayi kurang bulan, umumnya disebabkan faktor hipoksia.

1. Perdarahan Subdural

Perdarahan subdural hampir selalu disebabkan trauma kepala pada BBL cukup bulan. Beberapa faktor merupakan predisposisi terjadinya trauma yaitu ukuran kepala yang relatif besar dibandingkan jalan lahir, rigiditas jalan lahir, persalinan terlalu cepat atau terlalu lama, dan persalinan sulit misalnya letak sungsang atau ekstraksi forseps. (6)

Gejala klinis

Gejala klinis perdarahan subdural menggambarkan adanya gejala kehilangan darah seperti pucat, gawat nafas, ikterus akibat hemolisis atau menunjukkan gejala peninggian tekanan intrakranial seperti iritabel, kejang, letargi, tangis melengking, hipotonia, ubun-ubun menonjol, atau sutura melebar. (6)

Diagnosis

Diagnosis perdarahan subdural didasarkan pada riwayat kelahiran bayi disertai gambaran klinis yang ditemukan. Bila dalam riwayat kelahiran ditemukan adanya kesukaran lahir dan pada bayi ditemukan kejang fokal, kelemahan otot fokal, ubun-ubun menonjol, sutura melebar, maka mungkin sekali bayi mengalami perdarahan subdural. (6)

2. Perdarahan subaraknoid primer

Perdarahan subaraknoid primer sebagian besar terjadi akibat trauma lahir, sebagian lain diduga terjadi akibat proses hipoksia janin. Perdarahan ini umumnya ditemukan pada bayi prematur. Perdarahan subaraknoid primer merupakan perdarahan dalam rongga subaraknoid yang bukan merupakan akibat sekunder dari perluasan perdarahan subdural, intraventrikular, atau intraserebelar. Perdarahan umumnya terjadi akibat ruptur pada jembatan vena dalam rongga subaraknoid atau akibat ruptur pembuluh darah kecil di daerah leptomeningeal. Timbunan darah umumnya terkumpul di lekukan serebral bagian posterior dan fosa posterior. (6)

Gejala klinis

Gejala klinis berupa tanda kehilangan darah dan gangguan fungsi neurologik. Gambaran yang timbul berupa perdarahan yang umumnya kecil saja dan tidak sampai menimbulkan keadaan yang buruk, sedangkan gejala neurologik berupa iritabilitas dan kejang. (6)

Diagnosis

Didasarkan pada riwayat kelahiran yang sukar, dengan ditemukan adanya riwayat kejang. Hasil pemeriksaan cairan serebrospinal menunjukkan adanya perdarahan dan kenaikan kadar protein. Pemeriksaan ultrasonografi kurang peka untuk menegakkan diagnosis perdarahan subaraknoid. Darah yang terlihat di rongga subaraknoid mungkin saja berasal dari sumber perdarahan intrakranial lain. (6)

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan perdarahan subaraknoid umumnya bersifat simptomatik, misalnya pengobatan terhadap kejang atau gangguan nafas. Selanjutnya perlu dilakukan observasi terhadap kadar darah tepi dan sistem kardiovaskular serta kemungkinan terjadinya hiperbilirubinemia. Selain itu perlu diawasi terhadap kemungkinan terjadinya komplikasi hidrosefalus. (6)

3. Pedarahan intraserebelar

Perdarahan intraserebelar relatif jarang terjadi, lebih sering dijumpai pada bayi kurang bulan dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Secara klinis perdarahan ini sukar ditemukan, walaupun dengan sarana penunjang alat penatahan kepala, umumnya ditemukan pada pemeriksan autopsi. Angka kejadian pada bayi kurang bulan dengan masa gestasi kurang dari 32 minggu atau berat lahir kurang dari 1500 g berkisar antara 15-25%. Angka kejadian pada pemeriksaan autopsi ini terlihat lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil pemeriksaan klinis dengan penatahan kepala. (6)

Diagnosis

Diagnosis perdarahan ini berdasarkan gambaran klinis serta riwayat kesukaran pada kelahiran letak sungsang, tarikan forsep, atau keduanya, dan adanya riwayat hipoksia. Gejala dapat timbul pada hari pertama atau kedua setelah lahir, bahkan setelah umur tiga minggu. Gejala neurologik yang dijumpai umumnya berupa gejala kompresi batang otak, terutama serangan apnea atau iregularitas pernapasan. Kadang disertai bradikardi, obstruksi aliran cairan serebrospinal disertai kenaikan tekanan intrakranial, ubun-ubun menonjol, dan sutura melebar. Pada pemeriksaan USG kepada terlihat pembesaran ventrikel. (6)

Penatalaksanaan

Kesukaran dalam penatalaksanaan umumnya disebabkan karena sulitnya menegakkan diagnosis dini perdarahan intraserebelar. Tindakan intervensi bedah hanya dilakukan pada bayi cukup bulan bila dengan pengobatan konservatif keadaan neurologik bayi tetap tidak menunjukkan perbaikan. Pada bayi kurang bulan tindakan bedah akan menghadapi masalah lebih sulit. (6)

4. Perdarahan periventrikular-intraventrikular (PPV-IV)

Jenis perdarahan ini merupakan salah satu perdarahan intrakranial yang sering ditemukan pada bayi kurang bulan. Kejadian PPV-IV pada bayi cukup bulan lebih jarang terjadi bila dibandingkan dengan bayi prematur atau kurang bulan. Pada bayi cukup bulan, perdarahan yang terjadi sebagian besar berasal dari perdarahan pleksus koroid, hanya sebagian kecil berasal dari matriks germinal subependimal.(8)

Faktor resiko

Menurut Volpe (1987) pada dasarnya terdapat tiga kelompok faktor penting penyebab PPV-IV yaitu :

1. Faktor intravaskular, terdiri atas fluktuasi aliran darah serebral, peningkatan aliran darah serebral, peninggian tekanan vena serebral, penurunan aliran darah serebral yang diikuti perfusi, kelainan sistem pembekuan, dan kelainan trombosit.
2. Faktor vaskular, terdiri atas kelemahan integritas vaskular dan kerentanan kapiler matriks terhadap trauma hipoksik-iskemik.
3. Faktor ekstravaskuler terdiri atas kelemahan sistem penyangga vaskular, aktifitas fibrinolitik pada bayi premature, dan penurunan tekanan jaringan ekstravaskular.

Gejala klinis

Tergantung dari berat ringannya perdarahan, gejala klinis PPV-IV yang timbul dapat dibagi dalam tiga kumpulan gejala atau sindrom, yaitu :

1. Sindrom perburukan katastrofik, pada keadaan ini terlihat perburukan terjadi cepat yang ditandai antara lain dengan penurunan kesadaran menjadi sopor atau koma, gangguan respirasi, kejang tonik umum, posisi deserebrasi, refleks cahaya negatif, reflek vestibular negatif, ubun-ubun besar menonjol, hipotensi, bradikardia, asidosis metabolic dan kelainan homeostasis.
2. Sindrom perburukan saltatorik, terlihat gejala penurunan kesadaran, gerakan berkurang, hipotonia, perubahan gerak dan bola mata serta dapat disertai gangguan nafas. Perburukan klinis dapat bertahap dalam beberapa hari.
3. Gambaran klinis tenang, pada kejadian ini secara klinis tidak dijumpai kelainan neurologik yang berarti walaupun gambaran radiologik-ultrasonografi menunjukkan adanya PPV-IV.

Diagnosis

Diagnosis berdasarkan kemampuan untuk mengenal kemungkinana terjadinya PPV-IV, yaitu dengan cara mengenal kasus risiko untuk timbulnya perdarahan. Risiko tersebut antara lain adalah bayi kurang bulan, bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 g, persalinan sulit, dan nilai Apgar rendah. Bila tidak ada sarana USG, maka dapat dilakukan pungsi lumbal yang menunjukkan cairan serebrospinal yang berwarna xantokrom. Pemeriksaan USG secara serial akan dapat mengetahui awal terjadinya perdarahan, sekaligus untuk memantau perkembangan proses perdarahan.(8)

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan PPV-IV pada dasarnya terdiri tiga tahap yaitu tindakan pencegahan, pengobatan awal atau pada masa akut, dan penatalaksanaan dilatasi ventrikel posthemoragik.

B. Defisiensi Vitamin K

Perdarahan karena defisiensi vitamin K telah lama dikenal dan Townsend (1894) memberikan istilah Haemorrhagic disease of the newborn untuk membedakannya dari perdarahan yang disebabkan oleh penyakit lain. Oleh the Committee on Nutrition of the American Academy of pediatrics (1961) penggunaan istilah tadi hanya dikhususkan bagi perdarahan yang terjadi beberapa hari pertama kelahiran akibat kekurangan vitamin K dan ditandai dengan defisiensi protombin, prokonvertin, dan mungkin faktor pembekuan lain. Kejadiannya sering ditemukan pada prematuritas, bayi cukup bulan yang hanya mendapat ASI, bayi yang mendapat makanan parenteral, sering diare, sering mendapat antibiotik, dan pada bayi yang dilahirkan dari seorang ibu dalam pengobatan luminal, hidantoin, salisilat, atau kumarin. Diperkirakan kejadian perdarahan pada neonatus yang berkaitan dengan fungsi vitamin K adalah 1 di antara 200-400 kelahiran.(7)

Telah dibuktikan bahwa vitamin K tidak diperlukan langsung untuk pembentukan faktor pembekuan II (protombin), VII, IX, dan X, tetapi berperan secara langsung dalam proses konversi prekursor protein pembekuan menjadi protein pembekuan aktif. Peran vitamin K dalam proses biokimiawi tersebut dalam reaksi karboksilase atom C pada gama-metilen senyawa asam glutamat tertentu yang terdapat pada bahan prekursor protein pembekuan. Teori karboksilase ini tidak hanya berlaku bagi faktor II, tetapi juga untuk faktor pembekuan lain yang tergantung vitamin K, seperti faktor VII, IX dan X.(7)

Manifestasi klinis

Perdarahan yang timbul dapat bervariasi dari yang ringan berupa ekimosis sampai yang bersifat fatal berupa perdarahan intrakranial atau perdarahan internal. Gejala tersebut akan bermanifestasi dalam bentuk perdarahan umbilikus, ekimosis, epstaksis, perdarahan gastrointestinal, adrenal, dan intrakranial dengan berbagai akibatnya. Tidak jarang gejala yang tampak berupa perdarahan yang timbul setelah 4 minggu, biasanya terdapat pada bayi yang mendapat ASI tanpa pemberian vitamin K, bayi dengan diare berulang, hepatitis, atau atresia biliaris. (7)

Penatalaksanaan

Oleh American Academy of Pediatrics untuk pencegahan dianjurkan pemberian vitamin K 0,5-1,0 mg sebagai dosis parenteral tunggal atau 1,0-2,0 mg sebagai dosis oral tunggal. Pemberian dengan dosis serupa dapat diulang untuk keperluan pengobatan, atau dosisnya dapat diperbesar bila diberikan kepada bayi yang dilahirkan dari ibu dalam pengobatan antikonvulsan. Selain itu dianjurkan pula pemberian vitamin k dengan dosis 0,5 mg setiap minggu secara teratur kepada bayi baru lahir yang mendapat makanan parenteral, menderita diare berulang dan menahun, atresia biliaris, hepatitis neonatal, abetalipoproteinemia, atau menderita fibrokistik pankreas. Dalam keadaan tertentu mungkin diperlukan pemberian plasma (beku) segar untuk menangani perdarahan yang mungkin bersifat serius dan fatal. (7)

C. Koagulasi intravaskular diseminata (KID)

KID adalah suatu keadaan patofisiologik pembekuan intravaskular yang menyeluruh dengan akibat terbentuknya mikrotrombus dan timbulnya perdarahan karena terpakai habisnya semua faktor pembekuan dan trombosit. Keadaan terpakai habisnya faktor pembekuan dan trombosit akan menyebabkan mudahnya terjadi perdarahan. Selanjutnya pembentukan trombus dalam kapiler akan mengakibatkan kerusakan mekanis terhadap eritrosit sehingga terdapat bentuk eritrosit yang terpecah-pecah dan eritrosit yang mengeriput dengan dinding yang tidak treratur rata. KID merupakan keadaan yang sering dijumpai dan menjadi penyebab utama perdarahan pada neonatus yang menderita kelainan patologik.(2)

Etiologi

KID merupakan penyakit tersendiri, tetapi timbul sebagai respons terhadap berbagai rangsangan patologik. Keadaan patologik yang dapat menjadi pemacu KID, khususnya pada neonatus adalah anoksia, hipotensi, sepsis, sindrom gawat paru, dan prematuritas. Rangsangan tersebut akan mempermudah proses koagulasi melalui berbagai kelainan dalam pembuluh darah sebagai berikut : (1) Kerusakan sel endotel, (2) Kerusakan jaringan, (3) Kerusakan eritrosit dan trombosit, (4) kerusakan sistem retikuloendotelial. Keadaan ini khususnya ditemukan pada prematuritas.(2)

Manifestasi klinis

Gejala yang timbul sangat bervariasi dan tergantung dari 2 faktor penentu, yaitu jenis penyakit primer sebagai penyebab KID, dan luasnya perdarahan. Gejala perdarahan dapat bervariasi dari perdarahan berupa petekie yang ringan sampai perdarahan internal yang fatal, seperti perdarahan pulmonal, intrakranial, atau gastrointestinal massif. Biasanya gejala perdarahan yang agak khas adalah terdapatnya rembesan atau tetesan darah yang keluar dari tempat tusukan. Bila proses KID berlanjut, mungkin ditemukan tanda nekrosis dan gangguan jaringan. (2)

Penatalaksanaan

Tindakan yang terpenting adalah penanganan terhadap penyakit primernya dan bukan terhadap masalah perdarahannya, karena KID dengan sendirinya akan teratasi bila penyakit pencetusnya menyembuh. Oleh karena itu dalam pengelolaannya lebih diutamakan tindakan seperti pemberian antibiotik yang serasi dan memadai, koreksi keseimbangan asam-basa, pemantauan tanda vital, dan bila perlu perawatan intensif. (2)

Dewasa ini pemberian heparin lebih terindikasi, yaitu hanya terhadap kasus KID dengan trombosis pada pembuluh darah utama atau menunjukkan gejala perdarahan hebat. Prinsip pemberiannya adalah untuk mempertahankan waktu perdarahan antara 20-30 menit atau waktu tromboplastin parsial antara 11/2 – 2 kali normal. (2)

D. Defisiensi Kongenital faktor koagulasi

Kejadian perdarahan pada neonatus akibat defisiensi kongenital faktor pembekuan jarang terjadi, khususnya di Indonesia. Biasanya bayi dengan kelainan faktor koagulasi ini dapat melalui masa neonatusnya tanpa masalah perdarahan, kecuali pada kasus dengan defisiensi berat atau akibat suatu tindakan bedah (sirkumsisi). Perdarahan neonatus dengan hemofilia dapat dicegah bukan karena adanya faktor VIII ibu yang masuk melalui plasenta tetapi karena dilepaskannya tromboplastin jaringan sebagai akibat tekanan alat penjepit pada luka sirkumsisi. Perdarahan akibat defisiensi faktor pembekuan ini baru dicurigai setelah penyebab utama perdarahan lainnya dapat disingkirkan. Diantara sejumlah kasus yang perdarahan pada masa neonatus, defisiensi faktor VIII dan IX merupakan penyebab yang tersering, sedangkan kejadian karena penyakit Von Willebrand, defisiensi faktor V, VII, X, XI, XIII, dan anfibrinogenemia lebih jarang ditemukan. Selain akibat sirkumsisi, jenis perdarahan yang tampak dapat berupa perdarahan pada tempat suntikan, hematoma subdural, perdarahan subaraknoid, atau perdarahan umbilikus.(2)

Diagnosis prenatal saat ini dimungkinkan terhadap defisiensi faktor VIII dan IX dengan cara pemeriksaan darah janin dan cairan amnion yang masing-masing diperoleh secara fetoskopi dan amnioskopi pada minggu ke 18-21 masa kehamilan. Dengan cara imunologik dapat ditentukan kadar faktor VIII dalam darah janin dan kadar faktor IX dalam cairan amnion. Diagnosis prenatal defisiensi faktor pembekuan lainnya sedang dikembangkan.(2)



DAFTAR PUSTAKA

1. Rustama SD, Neonatal hypothyroidism, idd-Indonesia.net: 22 mei 2004.

2. Hasan R, Alatas H, Penyakit perdarahan, Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Jakarta; Infomedika, 1985, hal : 457-482.

3. Hidayah N, Menurunkan insiden perdarahan, Kompas, 14 November 2003.

4. Behrman & Vaughan, Perdarahan pada anak, dalam : Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Bagian 1, Edisi 12, Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1992: hal : 215-218.

5. Markum AH, dkk, Masalah hematologik pada janin dan neonatus, dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid II, Jakarta: Gaya baru, 1999, hal : 317-328.

6. Markum AH, dkk, Trauma intrakranial, dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid II, Jakarta: Gaya baru, 1999, hal : 274-279.

7. Markum AH, dkk, Defisiensi vitamin K, dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid II, Jakarta: Gaya baru, 1999, hal : 183-185.

8. Saanin S, Ilmu bedah saraf, Padang; FK UNAND, 2004.hal : 45-48.

9. Wiknjosastro H, Perdarahan pada neonatus, dalam Buku Ajar Ilmu Kebidanan dan Kandungan, bagian 1, Edisi 3,; Penerbit Yayasan bina pustaka sarwonohardjo, 1995, Jakarta hal : 210-212

Nasionalisme

Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris "nation") dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia.
Menurut Ernest Renan nasionalisme adalah kehendak untuk bersatu dan bernegara.
Menurut Otto Bauar nasionalisme adalah suatu persatuan perangai atau karakter yang timbul karena perasaan senasib.

Menurut Hans Kohn nasionalisme secara fundamental timbul dari adanya National Counciousness. Dengan perkataan lain nasionalisme adalah formalisasi (bentuk) dan rasionalisasi dari kesadaran nasional berbangsa dan bernegara sendiri. Dan kesadaran nasional inilahyang membentuk nation dalam arti politik, yaitu negara nasional.

Menurut L. Stoddard nasionalisme adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh sebagian terbesar individu di mana mereka menyatakan rasa kebangsaan sebagai perasaan memiliki secara bersama di dalam suatu bangsa.

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK
Kontribusi dari dr Kusnandi Rusmil, SpA(K), MM
Minggu, 20 April 2008
Terakhir diperbaharui Sabtu, 03 Mei 2008
Sumber:dr Kusnandi Rusmil, SpA(K), MM
Bab 2 Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar
Departemen Kesehatan RI - Tahun 2006
1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak konsepsi sampai berakhirnya masa
remaja. Hal ini yang membedakan anak dengan dewasa. Anak bukan dewasa kecil. Anak menunjukkan ciri-ciri
pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usianya.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik
dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar,
gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan
hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem
neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi. Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan
manusia yang utuh.
2. Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak.
Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai
berikut:
1). Perkembangan menimbulkan perubahan.
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi.
Misalnya perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf.
2). Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya.
Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai
contoh, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika
pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu perkembangan
awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.
3). Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik
maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak.
4). Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan.
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya
nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah
kepandaiannya.
5). Perkembangan mempunyai pola yang tetap.
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu: a. Perkembangan terjadi lebih dahulu di
daerah kepala, kemudian menuju ke arah kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal).b. Perkembangan terjadi lebih
dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan
gerak halus (pola proksimodistal).
6). Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.
Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi
terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, anak
mampu berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.
Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip yang saling berkaitan. Prinsip-prinsip tersebut adalah
Raihaanah Aqilaputri Rachdian - Aqila
http://www.aqilaputri.rachdian.com Powered by Joomla! Generated: 28 December, 2009, 18:00
sebagai berikut:
- Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar.
Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya, sesuai dengan potensi yang ada pada individu.
Belajar merupakan perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar, anak memperoleh kemampuan
menggunakan sumber yang diwariskan dan potensi yang dimiliki anak.
- Pola perkembangan dapat diramalkan.
Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan demikian perkembangan seorang anak dapat
diramalkan. Perkembangan berlangsung dari tahapan umum ke tahapan spesifik, dan terjadi berkesinambungan.
{mospagebreak title=3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak}
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak.
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal yang merupakan hasil interaksi banyak
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:
- Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
- Ras/etnik atau bangsa.
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau
sebaliknya.
- Keluarga.
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk atau kurus.
- Umur.
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja.
- Jenis kelamin.
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki-laki. Tetapi setelah melewati masa
pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.
- Genetik.
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa
kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.
- Kelainan kromosom.
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti pada sindroma Down’s dan
sindroma Turner’s.
- Faktor luar (eksternal).
- Faktor Prenatal
- a. Gizi
- Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan janin.
- b. Mekanis
- Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti club foot.
- c. Toksin/zat kimia
- Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin, Thalidomid dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.
- d. Endokrin
- Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali, hiperplasia adrenal.
- e. Radiasi
- Paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi
mental dan deformitas anggota gerak, kelainan kongential mata, kelainan jantung.
- f. Infeksi
- Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks)
dapat menyebabkan kelainan pada janin: katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan jantung kongenital.
- g. Kelainan imunologi
- Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk
antibodi terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah janin dan akan
menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan Kern icterus yang akan menyebabkan
kerusakan jaringan otak.
- h. Anoksia embrio
- Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta menyebabkan pertumbuhan terganggu.
- i. Psikologi ibu
- Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain.
- Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
- Faktor Pascasalin
- Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.
- Penyakit kronis/ kelainan kongenital
Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.
- Lingkungan fisis dan kimia.
Raihaanah Aqilaputri Rachdian - Aqila
http://www.aqilaputri.rachdian.com Powered by Joomla! Generated: 28 December, 2009, 18:00
Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut hidup yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar
anak (provider). Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia
tertentu (Pb, Mercuri, rokok, dll) mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.
- Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang
selalu merasa tertekan, akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
- Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
- Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan
menghambat pertumbuhan anak.
- Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak.
- Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan,
sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.
- Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat
perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.
{mospagebreak title=4. Aspek-aspek Perkembangan yang Dipantau.}
4. Aspek-aspek Perkembangan yang Dipantau.
1). Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan pergerakan
dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.
2). Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang
melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat
seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya.
3). Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respons
terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.
4). Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak (makan sendiri,
membereskan mainan selesai bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya, dan sebagainya.
{mospagebreak title=5. Periode Tumbuh Kembang Anak}
5. Periode Tumbuh Kembang Anak.
Tumbuh-Kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan berkesinambungan yang dimulai sejak
konsepsi sampai dewasa.Tumbuh kembang anak terbagi dalam beberapa periode. Berdasarkan beberapa kepustakaan,
maka periode tumbuh kembang anak adalah sebagai berikut:
- Masa prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan).
Masa ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu :
o Masa zigot/mudigah, sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan 2 minggu.
o Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu.
Ovum yang telah dibuahi dengan cepat akan menjadi suatu organisme, terjadi diferensiasi yang berlangsung dengan
cepat, terbentuk sistem organ dalam tubuh.
o Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir kehamilan.
Masa ini terdiri dari 2 periode yaitu:
• Masa fetus dini yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu sampai trimester ke-2 kehidupan intra uterin. Pada masa ini
terjadi percepatan pertumbuhan, pembentukan jasad manusia sempurna. Alat tubuh telah terbentuk serta mulai
berfungsi.
• Masa fetus lanjut yaitu trimester akhir kehamilan. Pada masa ini pertumbuhan berlangsung pesat disertai
perkembangan fungsi-fungsi. Terjadi transfer Imunoglobin G (Ig G) dari darah ibu melalui plasenta. Akumulasi aasam
lemak esensial seri Omega 3 (Docosa Hexanic Acid) dan Omega 6 (Arachidonic Acid) pada otak dan retina.
Periode yang paling penting dalam masa prenatal adalah trimester pertama kehamilan. Pada periode ini pertumbuhan
otak janin sangat peka terhadap pengaruh lingkungan janin. Gizi kurang pada ibu hamil, infeksi, merokok dan asap
rokok, minuman beralkohol, obat-obat, bahan-bahan toksik, pola asuh, depresi berat, faktor psikologis seperti kekerasan
terhadap ibu hamil, dapat menimbulkan pengaruh buruk bagi pertumbuhan janin dan kehamilan. Pada setiap ibu hamil,
dianjurkan untuk selalu memperhatikan gerakan janin setelah kehamilan 5 bulan.
Agar janin dalam kandungan tumbuh dan berkembang menjadi anak sehat, maka selama masa intra uterin, seorang ibu
diharapkan:
Raihaanah Aqilaputri Rachdian - Aqila
http://www.aqilaputri.rachdian.com Powered by Joomla! Generated: 28 December, 2009, 18:00
o Menjaga kesehatannya dengan baik.
o Selalu berada dalam lingkungan yang menyenangkan.
o Mendapat nutrisi yang sehat untuk janin yang dikandungnya.
o Memeriksa kesehatannya secara teratur ke sarana kesehatan.
o Memberi stimulasi dini terhadap janin.
o Tidak mengalami kekurangan kasih sayang dari suami dan keluarganya.
o Menghindari stres baik fisik maupun psikis.
o Tidak bekerja berat yang dapat membahayakan kondisi kehamilannya.
- Masa bayi (infancy) umur 0 sampai 11 bulan.
Masa ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu :
o Masa neonatal, umur 0 sampai 28 hari.
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi
organ-organ. Masa neonatal dibagi menjadi 2 periode:
• Masa neonatal dini, umur 0 - 7 hari.
• Masa neonatal lanjut, umur 8 - 28 hari.
Hal yang paling penting agar bayi lahir tumbuh dan berkembang menjadi anak sehat adalah:
• Bayi lahir ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih, di sarana kesehatan yang memadai.
• Untuk mengantisipasi risiko buruk pada bayi saat dilahirkan, jangan terlambat pergi ke sarana kesehatan bila
dirasakan sudah saatnya untuk melahirkan.
• Saat melahirkan sebaiknya didampingi oleh keluarga yang dapat menenangkan perasaan ibu.
• Sambutlah kelahiran anak dengan perasaan penuh suka cita dan penuh rasa syukur. Lingkungan yang seperti ini
sangat membantu jiwa ibu dan bayi yang dilahirkannya.
• Berikan ASI sesegera mungkin. Perhatikan refleks menghisap diperhatikan oleh karena berhubungan dengan
masalah pemberian ASI.
o Masa post (pasca) neonatal, umur 29 hari sampai 11 bulan.
Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan berlangsung secara terus menerus terutama
meningkatnya fungsi sistem saraf.
Seorang bayi sangat bergantung pada orang tua dan keluarga sebagai unit pertama yang dikenalnya. Beruntunglah
bayi yang mempunyai orang tua yang hidup rukun, bahagia dan memberikan yang terbaik untuk anak.
Pada masa ini, kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan bayi, mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan penuh,
diperkenalkan kepada makanan pendamping ASI sesuai umurnya, diberikan imunisasi sesuai jadwal, mendapat pola
asuh yang sesuai.
Masa bayi adalah masa dimana kontak erat antara ibu dan anak terjalin, sehingga dalam masa ini, pengaruh ibu dalam
mendidik anak sangat besar.
- Masa anak dibawah lima tahun (anak balita, umur 12-59 bulan).
Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak
kasar dan gerak halus) serta fungsi ekskresi.
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita. Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada
masa balita akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya.
Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih
berlangsung; dan terjadi pertumbuhan serabut serabut syaraf dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan
syaraf dan otak yang kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan antar sel syaraf ini akan sangat
mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi.
Pada masa balita, perkembangan kemampuan bicara dan bahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan
intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini, sehingga setiap
kelainan/penyimpangan sekecil apapun apabila tidak dideteksi apalagi tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi
kualitas sumber daya manusia dikemudian hari.
- Masa anak prasekolah (anak umur 60-72 bulan).
Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi perkembangan dengan aktivitas jasmani yang
bertambah dan meningkatnya ketrampilan dan proses berfikir. Memasuki masa prasekolah, anak mulai menunjukkan
keinginannya, seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya.
Pada masa ini, selain lingkungan di dalam rumah maka lingkungan di luar rumah mulai diperkenalkan. Anak mulai
senang bermain di luar rumah. Anak mulai berteman, bahkan banyak keluarga yang menghabiskan sebagian besar
waktu anak bermain di luar rumah dengan cara membawa anak ke taman-taman bermain, taman-taman kota, atau ke
tempat-tempat yang menyediakan fasilitas permainan untuk anak.
Sepatutnya lingkungan-lingkungan tersebut menciptakan suasana bermain yang bersahabat untuk anak (child friendly
environment). Semakin banyak taman kota atau taman bermain dibangun untuk anak, semakin baik untuk menunjang
Raihaanah Aqilaputri Rachdian - Aqila
http://www.aqilaputri.rachdian.com Powered by Joomla! Generated: 28 December, 2009, 18:00
kebutuhan anak.
Pada masa ini anak dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu panca indra dan sistim reseptor penerima rangsangan serta
proses memori harus sudah siap sehingga anak mampu belajar dengan baik. Perlu diperhatikan bahwa proses belajar
pada masa ini adalah dengan cara bermain.
Orang tua dan keluarga diharapkan dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan anaknya, agar dapat dilakukan
intervensi dini bila anak mengalami kelainan atau gangguan.
{mospagebreak title=6. Tahapan Perkembangan Anak Menurut Umur}
6. Tahapan Perkembangan Anak Menurut Umur Umur 0-3 bulan o Mengangkat kepala setinggi 45 0 .
o Menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah. o Melihat dan menatap wajah anda. o Mengoceh
spontan atau bereaksi dengan mengoceh. gambar o Suka tertawa keras. o Bereaksi terkejut terhadap
suara keras. o Membalas tersenyum ketika diajak bicara/tersenyum. o Mengenal ibu dengan penglihatan,
penciuman, pendengaran, kontak Umur 3-6 bulan o Berbalik dari telungkup ke telentang. o Mengangkat
kepala setinggi 90o. o Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil. o Menggenggam pensil. Meraih benda yang ada dalam jangkauannya. o Memegang tangannya sendiri. o Berusaha memperluas
pandangan. o Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil. o Mengeluarkan suara gembira bernada
tinggi atau memekik. o Tersenyum ketika melihat mainan/gambar yang menarik saat bermain sendiri. Umur
6-9 bulan o Duduk (sikap tripoid – sendiri). o Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat
badan. o Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang. o Memindahkan benda dari satu tangan ke
tangan lainnya. o Memungut 2 benda, masing-masing tangan pegang 1 benda pada saat yang bersamaan.
o Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup. o Bersuara tanpa arti, mamama, bababa, dadada,
tatatata. o Mencari mainan/benda yang dijatuhkan. o Bermain tepuk tangan/ciluk ba. o Bergembira
dengan melempar benda. o Makan kue sendiri. Umur 9-12 bulan o Mengangkat badannya ke posisi
berdiri.
o Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan di kursi. o Dapat berjalan dengan dituntun. Mengulurkan lengan/badan untuk meraih mainan yang diinginkan. gambar o Mengenggam erat pensil. o
Memasukkan benda ke mulut. o Mengulang menirukan bunyi yang didengar. o Menyebut 2-3 suku kata
yang sama tanpa arti. o Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, ingin menyentuh apa saja. o Bereaksi
terhadap suara yang perlahan atau bisikan. o Senang diajak bermain ”CILUK BA” o
Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum dikenal. Umur 12-18 bulan o Berdiri sendiri tanpa
berpegangan. o Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali. o Berjalan mundur 5 langkah.
o Memanggil ayah dengan kata ”papa”, memanggil ibu dengan kata ”mama”. gambar
o Menumpuk 2 kubus. o Memasukkan kubus di kotak. o Menunjuk apa yang diinginkan tanpa
menangis/merengek, anak bisa mengeluarkan suara yang menyenangkan atau menarik tangan ibu o
Memperlihatkan rasa cemburu / bersaing. Umur 18-24 bulan o Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik.
o Berjalan tanpa terhuyung-huyung. o Bertepuk tangan, melambai-lambai. o Menumpuk 4 buah kubus.
gambar o Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk. o Menggelindingkan bola kearah sasaran.
o Menyebut 3– 6 kata yang mempunyai arti. o Membantu/menirukan pekerjaan rumah tangga. o
Memegang cangkir sendiri, belajar makan - minum sendiri. Umur 24-36 bulan o Jalan naik tangga sendiri.
o Dapat bermain dan menendang bola kecil. o Mencoret-coret pensil pada kertas. o Bicara dengan menggunakan 2 kata. o Dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta. o Melihat gambar
dan dapat menyebut dengan benar nama 2 benda atau lebih. o Membantu memungut mainannya sendiri atau
membantu mengangkat piring jika diminta. o Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah. o Melepas
pakaiannya sendiri. Umur 36-48 bulan o Berdiri 1 kaki 2 detik o Melompat kedua kaki diangkat
o Mengayuh sepeda roda tiga. o Menggambar garis lurus o Menumpuk 8 buah kubus. o 2-4 warna. o Menyebut nama, umur, tempat. o Mengerti arti kata di atas, di bawah, di depan. o
Mendengarkan cerita. o Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri o Bermain bersama teman, mengikuti
aturan permainan o Mengenakan sepatu sendiri. o Mengenakan celana panjang, kemeja, baju Umur 60 bulan o Berdiri 1 kaki 6 detik. o Melompat-lompat 1 kaki. o Menari. o Menggambar silang. gambar o Menggambar lingkaran. o Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh. o
Mengancing baju atau pakaian boneka. o Menyebut nama lengkap tanpa dibantu o Senang menyebut baru. o Senang bertanya tentang sesuatu o Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar.
o Bicaranya mudah dimengerti o Bisa membandingkan/membedakan sesuatu dari ukuran dan bentuknya
o Menyebut angka, menghitung jari o Menyebut nama-nama hari o Berpakaian sendiri tanpa dibantu.
o Menggosok gigi tanpa dibantu. o Bereaksi tenang dan tidak rewel ketika ditinggal ibu. Umur 60-72
bulan o Berjalan lurus. o Berdiri dengan 1 kaki selama 11 detik. o Menggambar dengan 6 bagian,
menggambar orang lengkap o Menangkap bola kecil dengan kedua tangan gambar o Menggambar segi
empat. o Mengerti arti lawan kata o Mengerti pembicaraan yang menggunakan 7 kata atau lebih o
Menjawab pertanyaan tentang benda terbuat dari apa dan kegunaannya. o Mengenal angka, bisa menghitung
angka 5 -10 o Mengenal warna-warni o Mengungkapkan simpati o Mengikuti aturan permainan
o Berpakaian sendiri tanpa dibantu
Raihaanah Aqilaputri Rachdian - Aqila
http://www.aqilaputri.rachdian.com Powered by Joomla! Generated: 28 December, 2009, 18:00
{mospagebreak title=7. Beberapa Gangguan Tumbuh-Kembang Yang Sering Ditemukan}
7. Beberapa Gangguan Tumbuh-Kembang Yang Sering Ditemukan.
- Gangguan bicara dan bahasa.
Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak. Karena kemampuan berbahasa sensitif
terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif, motor, psikologis,
emosi dan lingkungan sekitar anak. Kurangnya stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan bicara dan berbahasa
bahkan gangguan ini dapat menetap.
- Cerebral palsy.
Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif, yang disebabkan oleh karena suatu
kerusakan/gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh/belum selesai
pertumbuhannya.
- Sindrom Down.
Anak dengan Sindrom Down adalah individu yang dapat dikenal dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang
terbatas, yang terjadi akibat adanya jumlah kromosom 21 yang berlebih. Perkembangannya lebih lambat dari anak yang
normal. Beberapa faktor seperti kelainan jantung kongenital, hipotonia yang berat, masalah biologis atau lingkungan
lainnya dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik dan keterampilan untuk menolong diri sendiri.
- Perawakan Pendek.
Short stature atau Perawakan Pendek merupakan suatu terminologi mengenai tinggi badan yang berada di bawah
persentil 3 atau -2 SD pada kurva pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut. Penyebabnya dapat karena
varisasi normal, gangguan gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik atau karena kelainan endokrin.
- Gangguan Autisme.
Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun.
Pervasif berarti meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat, yang
mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup bidang
interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.
- Retardasi Mental.
Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang rendah (IQ < 70) yang menyebabkan ketidakmampuan
individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal.
- Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian yang seringkali disertai dengan
hiperaktivitas.
Raihaanah Aqilaputri Rachdian - Aqila
http://www.aqilaputri.rachdian.com Powered by Joomla! Generated: 28 December, 2009, 18:00

PKN NTHA

PENDAHULUAN

Sejarah perjalanan panjang bangsa Indonesia dimulai era sebelum dan selama penjajahan, kemudian dilanjutkan pada era perebutan dan mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan akan menimbulkan kondisi dan tuntutan yang berbeda sesuai zamannnya. Perbedaan dan kondisi serta tuntutan yang berbeda tersebut ditanggapi bangsa Indonesia berdasarkan kesamaan nilai yang senantiasa tumbuh dan berkembang berdasarkan nilai perjuangan bangsa. Kesamaan nilai-nilai tersebut dilandasi oleh jiwa, tekad, dan semangat kebangsaan,yang akhirnya sebagai pondasi kekuatan dalam proses terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Semangat perjuangan bangsa Indonesia yang tidak mengenal menyerah terbukti dengan diproklamasikannya NKRI pada tanggal 17 Agustus 1945. Kemerdekaaan itu tidak terlepas dari anugrah Tuhan YME dan dilandasi rasa iman untuk rela berkorban.
Nilai-nilai perjuangan bansa Indonesia dalam perjuangan fisik baik dalam merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan telah mengalami pasang surut sesuai dinamika kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara. Semangat perjuangan bangsayang telah dilakukan dalam perjalanannya mengalami penurunan pada titik yang kritis, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap sendi kehidupan dalam berbangsa dan bernegara, hal tersebut tidak terlepas dari pengaruh globalisasi.
Dalam menghadapi pengaruh globalisasi dan menyongsong masa depan yang lebih baik, harus dilakukan perjuangan non fisik sesuai dengan bidangnya masing-masing dengan perjuangan yang dilandasi oleh nilai- nilai perjuangan bangsa Indonesia, sehingga kita tetap memiliki wawasan dan kesadaran sikap dan prilaku yang cinta tanah air dan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dalam wadah NKRI.
Perjuangan non fisik tersebut memerlukan sarana kegiatan pendidikan bagi seluruh warga Negara dengan melalui pendidikan kewrganegaraan.
1.1.Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan
a.Dasar Pemikiran
Semangat dan jiwa yang tertuang dalam pembukaan dan batang tubuh UUD 1945 (antara lain pasal 30), serta pengalaman perjuangan bangsa Indonesia untuk menjamin tetap tegaknya NKRI selama lebih dari setengah abad telah menumbuhkan tekad dan keyakinan bangsa Indonesia serta merupakan suatu hal yang tak terelakan, bahwa kelangsungan hidup bangsa dan Negara Indonesia.
Semangat demikian inilah yang tersirat dalam pasal 30 UUD 1945 yang menegaskan bahwa “ Tiap-tiap warganegara Indonesia berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan Negara”. Rumusan pasal 30 UUD 1945 ini mengandung makna adanya semangat semangat “demakratisasi” dalam penyelenggaraan pembelaan Negara. Dekratisasi dalam bidang aspek-aspek kehidupan bangsa, mempersyaratkan tiap-tiap warganegara memiliki kesadaranakan hak dan kewajibannya itu. Namun demikian disadari bahwa kesadaran warganegara terhadap hak dan kewajibannya itu tidak dibawa sejak lahir, tetapi harus ditanamkan, ditumbuhkanserta dikembangkan yaitu melalui upaya sosialisasi.
Sosialisasi adalah upaya memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada seseorang agar ia dapat melaksanakan peranannya dalam kehidupan social tertentu. Upaya sosialisasiyang terbaik adalah melalui pendidikan. Berdasarkan pada pemikiran demikian itu, pendidikan kewiraan sebagai upaya untuk menumbuh kembangkan kesadaran hak dan kewajiban warganegara dalam bela Negara dimasukan dalam kurikulum pendidikan tinggi.

b.Pendidikan Kewiraan
1. Pengertian, tujuan/sasaran Pendidikan kewiraan
Istilah pendidikan pada hakekatnya dari masa kemasa sejalan dan sederhana dinyatakan merupakan usaha sadar untuk mengciptakan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya dimasa datang. Istilah kewiraan berdasarkan pada kata Wirayang nmengandung beberapa arti seperti patriot, pahlawan, satria, perkasa dan berani.
Atas dasar itu dirumuskanlah pengertian pendidikan kewiraan adalah usaha sadar untuk menciptakan warganegara (sumber calon pemimpin bangsa) melalui kegiatan bimbingan, bagi peranannya untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan Negara menuju kejayaannya.
Tujuan/sasarannya ialah terbentuknya sarjana Indonesia yang mencintai tanah airnya, memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia yang tinggi, memiliki keyakinan yang tinggi terhadap pancasila sebagai dasar dan ideology serta siap dan rela berkorban untuk bangsa dan Negara.
Melalui pendidikan kewiraan ini diharapkan warganegra Indonesia memiliki sikap mental yang meyakini hak dan kewajiban serta tanggung jawab sebagai warganegara yang rela berkorban untuk membela bangsa dan Negara serta kepentingan nasionalnya.

2. Landasan Hukum
Pendidikan kewiraan dimasukan dalam kurikulum Pendidikan Tinggi berdasarkan keputusan bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan Menteri Pertahanan Keamanan/Panglima Angkatan BersenjataRepublik Indonesia melalui surat keputusan nomor : 022/U/1973-kep/B/43/XII/1973 tanggal 8 desember 1973 tentang Penyelenggaraan pendidikan kewiraan. Namun realisasidari surat keputusan bersama tersebut baru terwujud pada tahun akademik 1974/1975, berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan kebudayaan No.0228/U/1974 tanggal 2 oktober 1974. Undang-undangyang melandasi kerjasama Menteri Hankam dan Menteri Dikbud pada waktu itu ialah UU No.22 tahun 1954 tentang Perguruan Tinggi.
Dengan terbitnya UU No.20 tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertahanan keamanan Negara, hal-hal yang berkaitan dengan Pendidikan kewiraan diakomodasikan dalam UU itu sebagai berikut
1.Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) adalah Pendidikan dasar bela Negara guna menumbuhkan kecintaan kepada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, kerelaan berkorban untuk Negara serta memberikan kemampuan awal bela Negara
2.PPBN sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam sistem pendidikan nasional
3.PPBN diselenggarakan guna memasyarakatkan upaya bela Negara serta menegakkan hak dan kewajiban warganegara dalam bela Negara
4.PPBN wajib ikut oleh setiap warga Negara dan dilaksanakan secara bertahap yaitu :
a.Tahap awal pada Pendidikan Dasar sampai menengah Atas dan dalam gerakan
b. Tahap lanjutan dalam bentuk Pendidikan Kewiraan

Dengan terbitnya UU No.20 tahun 1982 itu, Penyelenggaraan Pendidikan Kewiraan , mengalami penyempurnaannya. Dengan surat keputusan bersama Mendikbud dan Menhankam No.061/U/1985 dan No Kep/002/11/1985 tanggal I februari 1985 tentang kerjasama dalam pembinaan Pendidikan Kewiraan dilingkungan Perguruan Tinggi dan ditetapkan sebagai mata kuliah wajib dan merupakan bagiandari mata kuliah umum (MKDU).

c. Pendidikan kewarganegaraan
Dalam era reformasi, berturut-turut dengan keputusan Mendiknas No.232/U/2000, Kep Dirjen Dikti No.38/Dikti/Kep/2002, ditentukan bahwa nama mata kuliah Pendidikan kewiraan secara formal tidak lagi digunakan, istilahyang digunakan Pendidikan Kewarganegaraan. Dalam komponen kurikulum Pendidikan tinggi. Pendidikan kewarganegaraan bersama-sama pendidikan pancasila dan pendidikan Agama merupakan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK).

1.2.Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Dasar Kelompok MPK
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai dasar kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) sesuai dengan keputusan Menteri Pendidikan Nasional No.232/U/2000 . Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) ialah kelompok bahan kajiandari mata pelajaran untuk mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, berkepribadian mantap dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

1.3.Visi, Misi dan Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan
a.Visi Pendidikan Kewarganegaraan
Visi Pendidikan kewarganegaraan di Perguruan Tinggi adalah : Menjadi sumber nilai dan pedoman penyelenggaraan program studi dalam mengantarkan mahasiswa mengembangkan kepribadiannya selaku warga Negara yang berperan aktif menegakkan demokrasi menuju masyarakat madani.
b. Misi Pendidikan Kewarganegaraan
Misi Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi adalah : Membantu mahasiswa selaku warga Negara agar mampu mewujudkan nilai-nilai dasar perjuangan bangsaIndonesia serta kesadaran berbangsa, bernegara dalam menerapkan ilmunya secara bertanggunmg jawab terhadap kemanusiaan
c.Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan
Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi bertujuan untuk menguasai kemampuan berpikir, bersikap rasional dan dinamis, berpandangan luas sebagai manusia intelektual, serta mengantarkan mahasiswa selaku warga Negara RI yang memiliki :
1.Wawasan kesadaran bernegara untuk bela Negara dengan cinta tanah air
2.Wawasan kebangsaan, kesadaran berbangsa demi ketahanan nasional
3.Pola fakir, sikap yang komprehensif integrative (menyeluruh dan terpadu) pada seluruh aspek kehidupan nasional.
1.4. Penutup
Pembahasan tentang pemahaman kesadaran bernegara untuk bela Negara dan memiliki pola piker, pola sikap dan pola tindak bagi mahasiswa, agar cinta tanah air dan dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara. Pada hakekatnya pendidikan adalah upaya sadar dari suatu masyarakat dan pemerintah suatu Negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi penerusnya, selaku warga masyarakat, bangsa dan Negara, secara berguna dan bermakna serta mampu mengantisipasi hari depan mereka yang senantiasa berubah dan selalu terkait dengan kontak dinamika budaya, bangsa, Negara dan hubungan internasionalnya.
Melalui Pendidikan Kewarganegaraan Warga Negara Republik Indonesia diharapkan mampu “Memahami, menganalisa dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi masyarakat, bangsa dan Negara secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita dan tujuan nasional seperti yang digariskan dalam UUD 1945”.

tumbuh kembang anak

A. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Dalam ilmu kesehatan anak istilah pertumbuhan dan perkembangan menyangkut semua aspek kemajuan yang dicapai oleh jazad manusia dari konsepsi sampai dewasa.Pertumbuhan berarti bertambah besar dalam aspek fisis akibat multiplikasi sel dan bertambahnya jumlah zat interseluler. Oleh karena itu pertumbuhan dapat diukur dalam sentimeter atau incih dan dalam kilogram atau pound. Selain itu dapat pula diukur dalam keseimbangan metabolik, yaitu retensi kalsium dan nitrogen oleh badan. Perkembangan digunakan untuk menunjukkan bertambahnya keterampilan dan fungsi kompleks. Seseorang berkembang dalam pengaturan neuromoskuler, berkembang dalam mempergunakan tangan kanannya dan terbentuk pula kepribadiannya. Maturasi dan diferensiasi sering dipergunakan sebagai sinonim untuk perkembangan. Pertumbuhan fisis, sebagai pertumbuhan badan sebagai keseluruhan, Kroman menganjurkan 2 macam pemeriksaan pada anak, yaitu:

1. Pemeriksaan kesehatan medis (medical health examination)
2. Pemeriksaan kesehatan perkembangan (development health examination).

Pemeriksaan yang disebut pertama di atas menilai kondisi anak dari ada tidaknya penyakit, pemeriksaan yang disebut kedua dimaksudkan untuk menilai pertumbuhan fisis dan kedewasaannya dalam mental dan emosi. Walaupun pertumbuhan berlangsung terus secara tetap dari masa konsenpsi sampai dewasa, namun terjadi fluktuasi dalam kecepatan tumbuh seorang anak. Percepatan tumbuh yang mencapai maksimum terjadi pada akhir masa janin dan kemudian menurun terus sampai melewati masa bayi, kemudian timbul percepatan tumbuh lagi pada masa adolesensi yang kemudian menurun dan berhenti setelah mencapai umur dewasa.Puncak pertumbuhan panjang pada masa janin terjadi kira-kira pada akhir trimester kedua kehamilan, puncak pertambahan berat terjadi pada saat sebelum lahir. Fase percepatan pada masa adolesensi terjadi sebaliknya, yaitu berlangsung lebih dini dan berat badan relatif lebih besar daripada tinggi badan. Beberapa jaringan badan hanya mengikuti satu daripada kedua percepatan tumbuh tersebut, sedang lainnya mengikuti suatu bentuk tersendiri. Misalnya jaringan otak cepat tumbuh pada masa percepatan tumbuh janin (siklus pertama) dan tidak tumbuh lagi sebelum percepatan tumbuh pada masa adolesensi (siklus kedua) dimulai. Pada saat lahir besar otak kira-kira hanya 5% daripada berat dewasa. Kira-kira 50% dari pertumbuhan otak terjadi pada tahun pertama kehidupan, 20% terjadi pada tahun kedua. Kerusakan otak pada masa bayi mempunyai arti yang penting demikian pula lingkaran kepala pada masa ini merupakan kemajuannya. Sebaliknya pertumbuhan alat kelamin pada 10 tahun pertama agak lambat, tetapi menjadi cepat pada 10 tahun berikutnya. Pertumbuhan organ ini sangat pesat sesudah seluruh pertumbuhan badan berakhir. Jaringan limfoid tumbuh cepat pada masa bayi dan anak, kemudian menurun pada masa pubertas dan akhirnya mengalami involusi. Termasuk dalam jenis ialah tonsil, adenoid, timus, limpa, kelenjar getah bening dan jaringan limfe di usus.Masa pertumbuhan sebelum dewasa1. Pranatal (0-280 hari)a. Masa embrio (trimester pertama kehidupan prenatal) Diferensiasi berlangsung cepat, terbentuk sistem dan alat-alat dalam tubuh.b. Masa fetus dini (trimester kedua kehidupan prenatal)Terjadi percepatan pertumbuhan. Pembentukan jasad manusia sempurna dan alat tubuh telah terbentuk serta mulai berfungsi. Pada akhir masa ini panjang janin 70% dari pada panjang pada saat dilahirkan, berat badannya hanya 20% daripadanya, karena jaringan lemak subkutan belum terbentuk.c. Masa fetus akhirBertambahnya masa tubuh dengan cepat. Berat badan fetus dari 700 g pada akhir trimester kedua bertambah dengan kecepatan kira-kira 200 g/minggu sampai pertengahan trimester ketiga untuk mencapai kira-kira 3.000-3.500 g.2. Masa neonatal (0-4 minggu sesudah lahir)Penyesuaian sirkulasi dengan keadaan lingkungan, mulai bernafas dan fungsi alat tubuh lainnya. Berat badan dapat turun sampai 10% pada minggu pertama kehidupan yang dicapai lagi pada hari ke-14.3. Masa bayi (tahun pertama dan kedua kehidupan)a. Umur 1 bulan – 1 tahunPertumbuhan dan perkembangan yang cepat, fungsi alat tubuh bertambah, terutama sistim saraf.b. Umur 1 tahun – 2 tahunPertumbuhan menurun, kemajuan dalam berjalan dan aktifitas motorik serta pengaturan fungsi ekskresi4. Masa prasekolah (umur 2 -6 tahun)Pertumbuhan melambat, aktifitas jasmani bertambah, kordinasi fungsi dan mekanisme motorik bertambah, cepat menangkap pelajaran.5. Masa sekolah (wanita 6-10 tahun, pria 6-12 tahun)Pertumbuhan tetap, keterampilan dan proses intelektuil berkembang.6. Masa adolesensi (wanita 10-18 tahun, pria 12-20 tahun)Perubahan dari masa anak ke masa dewasa. Percepatan pertumbuhan tinggi dan berat badan, timbulnya ciri kelamin sekunder, memerlukan kepercayaan diri sendiri dan kebebasan, perkembangan fungsi alat kelamin.1. Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan AnakDapat dibagi dalam 2 bagian.

1. Faktor heredokonstitusionil
2. Faktor lingkungan (pranatal dan pascanatal)

a. Faktor heredokonstusionilGen yang terdapat di dalam nukleus dari telur yang dibuahi pada masa embrio mempunyai sifat tersendiri pada tiap individu. Manifestasi hasil perbedaan antara gen ini dikenal sebagai hereditas. DNA yang membentuk gen mempunyai peranan penting dalam transmisi sifat-sifat herediter. Timbulnya kelainan familial, kelainan khusus tertentu, tipe tertentu dan dwarfism adalah akibat transmisi gen yang abnormal. Haruslah diingat bahwa beberapa anak bertubuh kecil karena konstitusi genetiknya dan bukan karena gangguan endokrin atau gizi. Peranan genetik pada sifat perkembangan mental masih merupakan hal yang diperdebatkan. Memang hereditas tidak dapat disangsikan lagi mempunyai peranan yang besar tapi pengaruh lingkungan terhadap organisme tersebut tidak dapat diabaikan. Pada saat sekarang para ahli psikologi anak berpendapat bahwa hereditas lebih banyak mempengaruhi inteligensi dibandingkan dengan lingkungan.Sifat-sifat emosionil seperti perasaan takut, kemauan dan temperamen lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan dibandingkan dengan hereditas.1. Jenis kelaminPada umur tertentu pria dan wanita sangat berbeda dalam ukuran besar, kecepatan tumbuh, proporsi jasmani dan lain-lainnya sehingga memerlukan ukuran-ukuran normal tersendiri. Wanita menjadi dewasa lebih dini, yaitu mulai adolesensi pada umur 10 tahun, pria mulai pada umur 12 tahun.2. Ras atau bangsaOleh beberapa ahli antropologi disebutkan bahwa ras kuning mempunyai tendensi lebih pendek dibandingkan dengan ras kulit putih. Perbedaan antar bangsa tampak juga bila kita bandingkan orang Skandinavia yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang Italia.3. KeluargaTidak jarang dijumpai dalam suatu keluarga terdapat anggota keluarga yang pendek anggota keluarga lainnya tinggi.4. UmurKecepatan tumbuh yang paling besar ditemukan pada masa fetus, masa bayi dan masa adolesensi.b. Faktor lingkungan1. Faktor prenatal.a). Gizi (defisiensi vitamin, jodium dan lain-lain).Dengan menghilangkan vitamin tertentu dari dalam makanan binatang yang sedang hamil, Warkany menemukan kelainan pada anak binatang tersebut. Jenis kelainan tersebut dapat diduga sebelumnya dengan menghilangkan vitamin tertentu. Telah dibuktikan pula bahwa kurang makanan selama kehamilan dapat meningkatkan angka kelahiran mati dan kematian neonatal. Diketahui pula bahwa pada ibu dengan keadaan gizi jelek tidak dapat terjadi konsepsi. Hal ini disinggung pula oleh Warkany dengan mengatakan ‘The most serious congenital malformation is never to be conceived at all”.b). Mekanis (pita amniotik, ektopia, posisi fetus yang abnormal, trauma, oligohidroamnion).Faktor mekanis seperti posisi fetus yang abnormal dan oligohidroamnion dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti clubfoot, mikrognatia dan kaki bengkok. Kelainan ini tidak terlalu berat karena mungkin terjadi pada masa kehidupan intrauterine akhir. Implantasi ovum yang salah, yang juga dianggap faktor mekanis dapat mengganggu gizi embrio dan berakibat gangguan pertumbuhan.c). Toksin kimia (propiltiourasil, aminopterin, obat kontrasepsi dan lain-lain).Telah lama diketahui bahwa obat-obatan tersebut dapat menimbulkan kelainan seperti misalnya palatoskizis, hidrosefalus, distosis kranial.d). Endokrin (diabetes mellitus pada ibu, hormon yang dimakan, umur tua dan lain-lain).Bayi yang lahir dari ibu yang menderita diabetes mellitus sering menunjukkan kelainan berupa makrosomia, kardiomegali dan hiperplasia adrenal. Hiperplasi pulau Langherhans akan mengakibatkan hipoglikemia. Umur rata-rata ibu yang melahirkan anak mongoloid dan kelainan lain umumnya lebih tinggi dibandingkan umur ibu yang melahirkan anak normal. Ini mungkin disebabkan oleh kelainan beberapa endokrin dalam tubuh ibu yang meningkat pada umur lanjut, walaupun faktor lain yang bukan endokrin juga ikut berperan.e). Radiasi (sinar Rontgen, radium dan lain-lain).Pemakaian radium dan sinar Rontgen yang tidak mengikuti aturan dapat mengakibatkan kelainan pada fetus. Contoh kelainan yang pernah dilaporkan ialah mikrosefali. Spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak. Kelainan yang ditemukan akibat radiasi bom atom di Hiroshima pada fetus ialah mikrosefali, retardsai mental, kelainan kongenital mata dan jantung.f). Infeksi (trimester I: rubella dan mungkin penyakit lain, trimester II dan berikutnya: toksoplasmosis, histoplasmosis, sifilis dan lain-lain).Rubela (German measles) dan mungkin pula infeksi virus atau bakteri lainnya yang diderita oleh ibu pada waktu hamil muda dapat mengakibatkan kelainan pada fetus seperti katarak, bisu-tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan kongenital jantung. Kongenital merupakan contoh infeksi yang dapat menyerang fetus intrauterin hingga terjadi gangguan pertumbuhan fisik dan mental. Toksoplasmosis pranatal dapat mengakibatkan makrosefali kongenital atau mikrosefali dan retinitis.g). Imunitas (eritroblastosis fetalis, kernicterus)Keadaan ini timbul atas dasar adanya perbedaan golongan darah antara fetus dan ibu, sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah bayi yang kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah bayi yang akan mengakibatkan hemolisis. Akibat penghancuran sel darah merah bayi akan timbul anemia dan hiperbilirubinemia. Jaringan otak sangat peka terhadap hiperbilirubinemia ini dan dapat terjadi kerusakan.g). Anoksia embrio (gangguan fungsu plasenta)Keadaan anoksia pada embrio dapat mengakibatkan pertumbuhannya terganggu.b. Faktor Pascanatal1. Gizi (masukan makanan kualitatif dan kuantitatif).Termasuk dalam hal ini bahan pembangun tubuh yaitu protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin.2. Penyakit (penyakit kronis dan kelainan kongenital).Beberapa penyakit kronis seperti glumerulonefritis kronik, tuberkulosis paru dan penyakit sesak dapat mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani. Hal yang sama juga dapat terjadi pada penderita kelainan jantung bawaan.3. Keadaan sosial-ekonomi.Hal ini memegang peranan penting dalam pertumbuhan anak, jelas dapat terlihat ukuran bayi yang lahir dari golongan orang tua dengan keadaan sosial-ekonomi yang kurang, yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi dari keluarga dengan sosial-ekonomi yang cukup.4. Musim.Di negeri yang mempunyai 4 musim terdapat perbedaan kecepatan tumbuh berat badan dan tinggi. Pertambahan tinggi terbesar pada musim semi dan paling rendah pada musim gugur. Sebaliknya penambahan berat badan terbesar terjadi pada musim gugur dan terkecil pada musim semi.5. Lain-lain.Banyak faktor lain yang ikut berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, antara lain pengawasan medis, perbaikan sanitasi, pendidikan, faktor psikologis dan lain-lain.
B. Tinjauan Umum Tentang BBLR

BBLR ialah bayi yang baru lahir dengan berat badan saat lahir < 2500 g. Istilah BBLR digunakan oleh WHO untuk mengganti istilah bayi prematur.Untuk mendapatkan keseragaman, pada kongres “European Perinatal Medicine II” di London tahun 1970, diusulkan definisi sebagai berikut. 1. Bayi kurang bulan ialah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari).2. Bayi cukup bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37 sampai empat puluh dua minggu (259 sampai 293 hari)3. Bayi lebih bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 42 minggu atau lebih (294 hari atau lebih)Dengan pengertian tersebut, maka bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan.1. Prematuritas murniBayi dengan kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai untuk masa kehamilan itu atau biasa disebut dengan neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan (NKB-SMK).2. DismaturitasBayi yang lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk kehamilan itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK). Berarti bayi mengalami gangguan intra uterine dan merupakan bayi yang kecil masa kehamilan (KMK).

Status sosial ekonomi rendah

Berat lahir rendah

Diet tidak sehatObesitas,Merokokstress


Penyakit jantung koroner


Source: Whincup (1997) Diab 40:319.Gambar 1. BBLR dan Penyakit Usia Dewasa serta Penjelasan Faktor ‘confounding’ Uraian gambar 1 menjelaskan dampak dari status sosial ekonomi yang rendah, bermuara pada ketersediaan pangan yang terbatas, intake makanan yang tidak seimbang, sehingga berbagai penyakit yang terkait dengan pola makan juga mulai muncul. Disamping itu interaksi sosial budaya memaksa bapak untuk mengikuti kebiasaan masyarakat setempat, misalnya merokok. Hal juga sosial ekonomi yang rendah memicu tingkat stress yang tinggi, sehingga selain penyakit infeksi yang mudah menyerang pada masyarakat miskin, penyakit degeneratif pun (jantung koroner) dengan mudah ditemukan pada golongan masyarakat tersebut. Berbagai riset juga telah memaparkan bukti ilmiah tentang rendahnya sosial ekonomi dengan meningkatnya angka BBLR.Anak yang meninggal 0-1 bulan 50% ialah anak yang prematur. Ada hubungan antara berat badan lahir dengan mortalitas, lebih berat kemungkinan hidupnya (Arkhanda, 1986). A.B. Saifuddin (2000), menjelaskan beberapa prinsip dasar tentang BBLR. Bayi berat lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 g ( sampai dengan 2499 g). Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan dalam 3 kelompok.

1. Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500-2500 g.
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir 1000-1500 g (<1500 g).
3. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER), berat lahir < 1000 g

Bayi Berat Lahir Rendah dipengaruhi dari beberapa faktor.1. Faktor-faktor yang berkaitan dengan ibu seperti: umur ibu, umur kehamilan, paritas, berat badan dan tinggi badan, status gizi (nutrisi), anemia, kebiasaan minum alkohol dan merokok, penyakit-penyakit keadaan tertentu waktu hamil (misalnya anemia, perdarahan dan lain-lain), jarak kehamilan, kehamilan ganda, riwayat abortus (Rochjati, et al, 1986).2. Faktor janin meliputi kehamilan kembar dan kelainan bawaan3. Faktor bayi seperti jenis kelamin dan ras.4. Faktor lingkungan seperti: pendidikan dan pengetahuan ibu, pekerjaan, dan status sosial ekonomi dan budaya.5. Pelayanan kesehatan (antenatal care).Data yang ada saat ini memperlihatkan bahwa status kesehatan anak di
Indonesia masih merupakan masalah. Angka kematian bayi masih tinggi yaitu sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup, angka kematian balita, 58 perseribu, serta angka kematian ibu 307 per seribu kelahiran hidup (UNDP, 2001 dalam Fatmawati, 2006)Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor risiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi. Angka BBLR di Indonesia nampak bervariasi. Dari beberapa studi kejadian BBLR pada tahun 1984 sebesar 14.6% di daerah pedesaan dan 17.5% di Rumah Sakit, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1% -17,2 %, secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI 1991 angka BBLR sekitar 7,5 %. (S.Titik, dkk. 1996)Rosso, (1980) dalam Bonnie (2000), menjelaskan bahwa malnutrisii pada ibu ditemukan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan fungsi plasenta yang normal. Hal ini tercermin dengan rendahnya bobot plasenta, ukuran plasenta yang kecil dan kandungan DNA yang tereduksi. Plasenta yang terpengaruh juga mengurangi
massa dan permukaan filli.

Status gizi buruk

Menurunnya volume darah

Peningkatan Kardiac Out put yang tidak memadai

Menurunnya aliran darah Plasenta

Mengecilnyas ukuran plasenta

Menurunnya transfer nutrisi

Terhambatnya pertumbuhan janin


Sumber : Bonnie,
S. Worthington, 2000.Gambar 2: Mekanisme Postulat yang berpengaruh terhadap Retardasi Pertumbuhan Janin dari aspek kekurangan gizi ibu Phase pertumbuhan dalam rahim terbagi ke alam 3 phase. Phase 1. Hyperplasia (peningkatan jumlah sel), hal ini terjadi pada trimester 1, dengan pembelahan sel yang memerlukan protein dan mikronutrien. Phase 2. Hyperplasia dan hypertrophy (pembesaran sel), terjadi pada trimester 2. Terjadi pembelahan sel dan pembesaran sel, nutrisi yang dibutuhkan adalah protein, mikronutrien dan kalori. Pada phase 3 terjadi hypertrophy, yang terjadi pada trimester 3 dengan pembesaran sel yang membutuhkan kalori (Budi Subianto, 2004).