Cari Blog Ini

Kamis, 18 Maret 2010

"Kenaikan HET Pupuk, dampak negatif atau positifkah?"

Beratkah pemerintah mensubsidi rakyatnya?

Sebenarnya, subsidi itu tidak akan memberatkan pemerintah jika subsidi itu jatuh kepada tangan yang tepat pada kondisi yang tepat.

Permasalahannya adalah, ketika subsidi itu jatuh di tangan yang tidak tepat, subsidi-subsidi tersebut tidak akan ada gunanya sama sekali. Pemerintah sudah susah payah mengeluarkan subsidi, tetapi dampak positif yang seharusnya didapat malah tidak ada dampaknya sama sekali. Yang ada malah kerugian.

Beginilah kondisi yang ada saat ini terkait dengan kondisi kenaikan harga untuk pupuk jenis anorganik. Pupuk yang bersubsidi itu belakangan telah diketahui memiliki penyimpangan-penyimpangan dalam penggunaannya. Kenaikan harga eceran tertinggi (HET) pupuk ini mendapat tanggapan beragam, mulai dari para ahli, hingga petani itu sendiri.

Selain itu, biaya distribusi yakni ongkos angkut dan bongkar muat juga meningkat. Usulan pemerintah menganai kenaikan HET pupuk atas kebijakan tersebut akan membawa dampak terhadap penurunan kesejahteraan petani karena menambah beban biaya produksi. "Oleh karena itu jika pemerintah harus menaikkan HET maka kenaikan tersebut jangan lebih dari 10% selain itu ketersediaannya juga harus terjamin di tingkat petan."


ISPC Sektor Pertanian
Kementrian Kebijakan Pertanian
Badan Eksekutif Mahasiswa IPB
2010
publikasi talkshow, click :

http://www.facebook.com/note.php?note_id=339538379951#!/photo.php?pid=30986931&id=1479621841

Senin, 15 Maret 2010

SALIMUL AQIDAH ed I. bag. 1 | Iman Bisa Bertambah dan Bisa Berkurang

Assalamualaykum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Insya Allah mulai hari ini, grup ini akan mengirimkan artikel-artikel yang dapat menambah wawasan dan ilmu kita, lebih khusus lagi menuju muwashoffat terpenting seorang mukmin, yaitu Salimul Aqidah [aqidah yang lurus] . Aqidah kita adalah Aqidah Ahlus sunnah wal jamma'ah yang lurus yang sesuai Al-Qur'an dan Assunnah Shahihah. Insya Allah.

_______________________________________________________


Iman bisa bertambah dan berkurang

Permasalahan iman merupakan permasalahan terpenting seorang muslim, sebab iman menentukan nasib seorang didunia dan akherat. Bahkan kebaikan dunia dan akherat bersandar kepada iman yang benar. Dengan iman seseorang akan mendapatkan kehidupan yang baik di dunia dan akherat serta keselamatan dari segala keburukan dan adzab Allah. Dengan iman seseorang akan mendapatkan pahala besar yang menjadi sebab masuk ke dalam surga dan selamat dari neraka. Lebih dari itu semua, mendapatkan keridhoan Allah Yang Maha kuasa sehingga Dia tidak akan murka kepadanya dan dapat merasakan kelezatan melihat wajah Allah diakherat nanti. Dengan demikian permasalahan ini seharusnya mendapatkan perhatian lebih dari kita semua.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menuturkan, “Hasil usaha jiwa dan qolbu (hati) yang terbaik dan penyebab seorang hamba mendapatkan ketinggian di dunia dan akherat adalah ilmu dan iman. Oleh karena itu Allah Ta’ala menggabung keduanya dalam firmanNya,

وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَالْإِيمَانَ لَقَدْ لَبِثْتُمْ فِي كِتَابِ اللَّهِ إِلَى يَوْمِ الْبَعْثِ

“Dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan (kepada orang-orang yang kafir): “Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit.” (QS ar-Ruum: 56)

Dan firman Allah Ta’aa,

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS al-Mujaadilah: 11).

Mereka inilah inti dan pilihan dari yang ada dan mereka adalah orang yang berhak mendapatkan martabat tinggi. Namun kebanyakan manusia keliru dalam (memahami) hakekat ilmu dan iman ini, sehingga setiap kelompok menganggap ilmu dan iman yang dimilikinyalah satu-satunya yang dapat mengantarkannya kepada kebahagiaan, padahal tidak demikian. Kebanyakan mereka tidak memiliki iman yang menyelamatkan dan ilmu yang mengangkat (kepada ketinggian derajat), bahkan mereka telah menutup untuk diri mereka sendiri jalan ilmu dan iman yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menjadi dakwah beliau kepada umat. Sedangkan yang berada di atas iman dan ilmu (yang benar) adalah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya setelah beliau serta orang-orang yang mengikuti mereka di atas manhaj dan petunjuk mereka….”.[1]

Demikian bila kita melihat kepada pemahaman kaum muslimin saja tentang iman didapatkan banyak kekeliruan dan penyimpangan. Sebagai contoh banyak dikalangan kaum muslimin ketika berbuat dosa masih mengatakan, “Yang penting kan hatinya”. Ini semua tentunya membutuhkan pelurusan dan pencerahan bagaimana sesungguhnya konsep iman yang benar tersebut.

Makna Iman

Dalam bahasa Arab, ada yang mengartikan kata iman dengan “tashdîq” (membenarkan); thuma’nînah (ketentraman); dan iqrâr (pengakuan). Makna ketiga inilah yang paling tepat. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Telah diketahui bahwa iman adalah iqrâr (pengakuan), tidak semata-mata tashdîq (membenarkan). Dan iqrâr (pengakuan) itu mencakup perkataan hati, yaitu tashdîq (membenarkan), dan perbuatan hati, yaitu inqiyâd (ketundukan hati)”.[2]

Dengan demikian, iman adalah iqrâr (pengakuan) hati yang mencakup:

1. Keyakinan hati, yaitu membenarkan terhadap berita.

1. Perkataan hati, yaitu ketundukan terhadap perintah.

Yaitu: keyakinan yang disertai dengan kecintaan dan ketundukan terhadap semua yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Allah Ta’ala .

Adapun secara syar’i (agama), iman yang sempurna mencakup qaul (perkataan) dan amal (perbuatan). Syaikul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Dan di antara prinsip Ahlus sunnah wal jamâ’ah, ad-dîn (agama/amalan) dan al-imân adalah perkataan dan perbuatan, perkataan hati dan lisan, perbuatan hati, lisan dan anggota badan”.[3]

Dalil Bagian-Bagian Iman

Dari perkataan Syaikhul Islam di atas, nampak bahwa iman menurut Ahlus sunnah wal jamâ’ah mencakup lima perkara, yaitu [1] perkataan hati, [2] perkataan lisan, [3] perbuatan hati, [4] perbuatan lisan dan [5] perbuatan anggota badan.

Banyak dalil yang menunjukkan masuknya lima perkara di atas dalam kategori iman, di antaranya adalah sebagai berikut:

Pertama: Perkataan hati, yaitu pembenaran dan keyakinan hati. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah orang-orang yang hanya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS al-Hujurât: 15)

Kedua: Perkataan lisan, yaitu mengucapkan syahadat Lâ ilâha illallâh dan syahadat Muhammad Rasulullâh dengan lisan dan mengakui kandungan syahadatain tersebut. Di antara dalil hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوْا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللَّهِ وَيُقِيْمُوْا الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوْا الزَّكَاةَ فَإِذَا فَعَلُوْا ذَلِكَ عَصَمُوْا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّ اْلإِسْلاَمِ وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ

“Aku diperintah (oleh Allah) untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada yang berhak diibadahi selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, dan sampai mereka menegakkan shalat, serta membayar zakat. Jika mereka telah melakukan itu, maka mereka telah mencegah darah dan harta mereka dariku kecuali dengan hak Islam, dan perhitungan mereka pada tanggungan Allah.”[4]

Pada hadits lain disebutkan dengan lafazh,

أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَقُولُوْا لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ …

“Aku diperintah (oleh Allah) untuk memerangi manusia sampai mereka mengatakan “Lâ ilâha illallâh”….[5]

Ketiga: Perbuatan hati, yaitu gerakan dan kehendak hati, seperti ikhlas, tawakal, mencintai Allah Ta’ala , mencintai apa yang dicintai oleh Allah Ta’ala , rajâ’ (berharap rahmat/ampunan Allah Ta’ala), takut kepada siksa Allah Ta’ala , ketundukan hati kepada Allah Ta’ala, dan lain-lain yang mengikutinya. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آَيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, hati mereka gemetar, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Rabbnya mereka bertawakkal” (QS al-Anfâl: 2). Dan dalil-dalil lainnya yang menunjukkan amalan-amalan hati termasuk iman.

Keempat: Perbuatan lisan/lidah, yaitu amalan yang tidak dilakukan kecuali dengan lidah. Seperti membaca al-Qur’ân, dzikir kepada Allah Ta’ala, doa, istighfâr, dan lainnya. Allah Ta’ala berfirman,

وَاتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنْ كِتَابِ رَبِّكَ لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ وَلَنْ تَجِدَ مِنْ دُونِهِ مُلْتَحَدًا

“Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Rabb-mu (al-Qur’ân). Tidak ada (seorang pun) yang dapat merubah kalimat-kalimat-Nya.” (QS al-Kahfi: 27). Dan dalil-dalil lainnya yang menunjukkan amalan-amalan lisan termasuk iman.

Kelima: Perbuatan anggota badan, yaitu amalan yang tidak dilakukan kecuali dengan anggota badan. Seperti: berdiri shalat, rukû’, sujud, haji, puasa, jihad, membuang barang mengganggu dari jalan, dan lain-lain. Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah, sujudlah, sembahlah Rabbmu dan berbuatlah kebajikan supaya kamu mendapat kemenangan.” (QS al-Hajj: 77)


bersambung

SALIMUL AQIDAH ed I. bag. 2 | Iman Bisa Bertambah dan Bisa Berkurang

Rukun-Rukun Iman

Sesungguhnya iman memiliki bagian-bagian yang harus ada, yang disebut dengan rukun-rukun (tiang; tonggak) iman. Ahlus sunnah wal jamâ’ah meyakini bahwa rukun iman ada enam. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata pada permulaan kitab beliau, ‘Aqîdah al-Wâsithiyah’, “Ini adalah aqîdah Firqah an-Nâjiyah al-Manshûrah (golongan yang selamat, yang ditolong) sampai hari kiamat, Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Yaitu: beriman kepada Allah Ta’ala, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, kebangkitan setelah kematian, dan beriman kepada qadar, yang baik dan yang buruk”.[6]

Dalil rukun iman yang enam ini adalah sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada malaikat Jibrîl ‘alaihis salam, ketika menjelaskan tentang iman,

أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ

Iman adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan engkau beriman kepada qadar, yang baik dan yang buruk.”[7]

Rukun iman ini wajib diyakini oleh setiap Mukmin. Barangsiapa mengingkari salah satunya, maka dia kafir.

Syaikh Muhammad Khalîl Harrâs berkata, “Enam perkara ini adalah rukun-rukun iman. Iman seseorang tidak sempurna kecuali jika dia beriman kepada semuanya dengan bentuk yang benar sebagaimana ditunjukkan oleh al-Kitab dan Sunnah. Barangsiapa mengingkari sesuatu darinya, atau beriman kepadanya dengan bentuk yang tidak benar, maka dia telah kafir.” [8]

Iman Bertambah dan Berkurang

Sudah dimaklumi banyak terdapat nash-nash al-Qur`an dan as-Sunnah yang menjelaskan pertambahan iman dan pengurangannya. Menjelaskan pemilik iman yang bertingkat-tingkat sebagiannya lebih sempurna imannya dari yang lainnya. Ada di antara mereka yang disebut assaabiq bil khoiraat (terdepan dalam kebaikan)[9], al-Muqtashid (pertengahan)[10] dan zholim linafsihi (menzholimi diri sendiri). Ada juga al-Muhsin, al-Mukmin dan al-Muslim. Semua ini menunjukkan mereka tidak berada dalam satu martabat. Ini menandakan bahwa iman itu bisa bertambah dan berkurang.

Bukti dari Al Qur’an dan As Sunnah Bahwa Iman Bisa Bertambah dan Berkurang

Pertama: Firman Allah Ta’ala ,

الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ

“(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, Maka Perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung“.” (QS Alimron: 173).

Para ulama Ahlus Sunnah menjadikan ayat ini sebagai dasar adanya pertambahan dan pengurangan iman, sebagaimana pernah ditanyakan kepada imam Sufyaan bin ‘Uyainah rahimahullah, “Apakah iman itu bertambah atau berkurang?” Beliau rahimahullah menjawab, “Tidakkah kalian mendengar firman Allah Ta’ala,

فَزَادَهُمْ إِيمَانًا

“Maka perkataan itu menambah keimanan mereka”. (QS Alimron: 173) dan firman Allah Ta’ala,

وَزِدْنَاهُمْ هُدًى

“Dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk”.(QS al-Kahfi: 13) dan beberapa ayat lainnya”. Ada yang bertanya, “Bagaimana iman bisa dikatakan berkurang?” Beliau rahimahullah menjawab, “Jika sesuatu bisa bertambah, pasti ia juga bisa berkurang”.[11]

Kedua: Firman Allah Ta’ala,

وَيَزِيدُ اللَّهُ الَّذِينَ اهْتَدَوْا هُدًى وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ مَرَدًّا

“Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk. dan amal-amal saleh yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya.” (QS Maryam: 76).

Syeikh Abdurrahman as-Sa’di menjelaskan tafsir ayat ini dengan menyatakan, “Terdapat dalil yang menunjukkan pertambahan iman dan pengurangannya, sebagaimana pendapat para as-Salaf ash-Shaalih. Hal ini dikuatkan juga dengan firman Allah Ta’ala,

وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آَمَنُوا إِيمَانًا

“Dan supaya orang yang beriman bertambah imannya.” (QS al-Mudatstsir: 31) dan firman Allah Ta’ala,

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya).” (QS al-Anfaal:8/2)

Juga dikuatkan dengan kenyataan bahwa iman itu adalah perkataan qolbu (hati) dan lisan, amalan qolbu, lisan dan anggota tubuh. Juga kaum mukminin sangat bertingkat-tingkat dalam hal ini.[12]

Ketiga: Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

لَا يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَشْرَبُ الْخَمْرَ حِينَ يَشْرَبُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَسْرِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ

“Tidaklah seorang pezina berzina dalam keadaan mukmin dan tidaklah minum minuman keras ketika minumnya dalam keadaan mukmin serta tidaklah mencuri ketika mencuri dalam keadaan mukmin”.[13]

Ishaaq bin Ibraahim an-Naisaaburi berkata, “Abu Abdillah (Imam Ahmad) pernah ditanya tentang iman dan berkurangnya iman. Beliau rahimahullah menjawab, “Dalil mengenai berkurangnya iman terdapat pada sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidaklah seorang pezina berzina dalam keadaan mukmin dan tidaklah mencuri dalam keadaan mukmin.” [14]

Keempat: Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنْ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ

“Iman itu lebih dari tujuh puluh atau lebih dari enampuluh. Yang paling utama adalah perkataan: “Laa Ilaaha Illa Allah” dan yang terendah adalah membersihkan gangguan dari jalanan dan rasa malu adalah satu cabang dari iman.”[15]

Hadits yang mulia ini menjelaskan bahwa iman memiliki cabang-cabang, ada yang tertinggi dan ada yang terendah . Cabang-cabang iman ini bertingkat-tingkat dan tidak berada dalam satu derajat dalam keutamaannya, bahkan sebagiannya lebih utama dari lainnya. Oleh karena itu Imam At-Tirmidzi memuat bab dalam sunannya: “Bab Kesempurnaan, bertambah dan berkurangnya iman”.

Syeikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah ketika menjelaskan hadits di atas menyatakan, Ini jelas sekali menunjukkan iman itu bertambah dan berkurang sesuai dengan pertambahan aturan syariat dan cabang-cabang iman serta amalan hamba tersebut atau tidak mengamalkannya. Sudah dimaklumi bersama bahwa manusia sangat bertingkat-tingkat dalam hal ini. Siapa yang berpendapat bahwa iman itu tidak bertambah dan berkurang, sungguh ia telah menyelisihi realita yang nyata di samping menyelisihi nash-nash syariat sebagaimana telah diketahui.[16]


bersambung

SALIMUL AQIDAH ed I. bag. 3 | Iman Bisa Bertambah dan Bisa Berkurang

Pendapat Ulama Salaf Bahwa Iman Bisa Bertambah dan Berkurang

Sedangkan pendapat dan atsar as-Salaf ash-Shaalih sangat banyak sekali dalam menetapkan keyakinan bahwa iman itu bertambah dan berkurang, diantaranya:

Pertama: Dari kalangan sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, di antaranya :

Satu ketika Kholifah ar-Rsyid Umar bin al-Khathaab rahimahullah pernah berkata kepada para sahabatnya,

هَلُمُّوْا نَزْدَادُ إِيْمَانًا

“Marilah kita menambah iman kita.”[17]

Sahabat Abu ad-Darda` Uwaimir al-Anshaari rahimahullah berkata,

الإِيْمِانُ يَزْدَادُ وَ يَنْقُصُ

“Iman itu bertambah dan berkurang.”[18]

Kedua: Dari kalangan Tabi’in, di antaranya:

Abu al-Hajjaaj Mujaahid bin Jabr al-Makki (wafat tahun 104 H) menyatakan,

الإِيْمِانُ قَوْل وَ عَمَلٌ يَزِيْدُ وَ يَنْقُصُ

“Iman itu adalah perkataan dan perbuatan, bertambah dan berkurang.”[19]

Abu Syibl ‘Alqamah bin Qais an-Nakhaa’i (wafat setelah tahun 60 H) berkata kepada para sahabatnya,

امْشُوْا بِنَا نَزْدَدُ إِيْمَانًا

“Mari kita berangkat untuk menambah iman.”[20]

Ketiga: Kalangan tabi’ut Tabi’in, di antaranya:

Abdurrahman bin ‘Amru al-‘Auzaa’i (wafat tahun 157 H) menyatakan,

الإِيْمِانُ قَوْل وَ عَمَلٌ يَزِيْدُ وَ يَنْقُصُ فَمَنْ زَعَمَ أَنَّ الإِيْمِانَ لاَ يَزِيْدُ وَ لاَ يَنْقُصُ فَاحْذَرُوْه فَإِنَّهُ مُبْتَدِعٌ

“Iman adalah perkataan dan perbuatan, bertambah dan berkurang. Siapa yang meyakini iman itu tidak bertambah dan tidak berkurang maka berhati-hatilah terhadapnya karena ia adalah seorang ahli bid’ah.”[21]

Beliau juga ditanya tentang iman, “Apakah bisa bertambah?” Beliau menjawab, “Iya, hingga menjadi seperti gunung.” Beliau ditanya lagi, “Apakah bisa berkurang?” Beliau rahimahullah menjawab, “Iya, hingga tidak tersisa sedikitpun darinya”.[22]

Ketiga: Empat imam madzhab (Aimmah arba’ah), di antaranya:

Muhammad bin Idris asy-Syaafi’i rahimahullah menyatakan,

الإِيْمِانُ قَوْل وَ عَمَلٌ يَزِيْدُ وَ يَنْقُصُ

“Iman itu adalah perkataan dan perbuatan bertambah dan berkurang.”[23]

Ahmad bin Hambal rahimahullah menyatakan, “Iman itu sebagiannya lebih unggul dari yang lainnya, bertambah dan berkurang. Bertambahnya iman adalah dengan beramal. Sedangkan berkurangnya iman dengan tidak beramal. Dan perkataan adalah yang mengakuinya.”[24]

Demikianlah pernyataan dan pendapat para ulama ahlus sunnah seluruhnya, sebagaimana dijelaskan syeikh Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam pernyataan beliau, “Para Salaf telah berijma’ (bersepakat) bahwa iman adalah ucapan dan perbuatan, bertambah dan berkurang”.

-bersambung insya Allah pada pembahasan “Sebab Bertambah dan Berkurangnya Iman”-

Penulis: Ustadz Kholid Syamhudi, Lc

Artikel www.muslim.or.id
[1] al-Fawaaid hal. 191.

[2] Majmû’ Fatâwa 7/638

[3] Syarh Aqîdah Wâsithiyah, hlm. 231, karya Syaikh Muhammad Khalîl Harrâs, takhrîj: ‘Alwi bin Abdul Qadir as-Saqqâf

[4] HR. al-Bukhâri, no: 25, dari `Abdullâh bin Umar radhiyallahu ‘anhuma.

[5] HR. al-Bukhâri, no: 392, dari Anas bin Mâlik radhiyallahu ‘anhu.

[6] Syarh Aqîdah Wâsithiyah, hlm: 60-61, karya Syaikh Muhammad Khalîl Harrâs, takhrîj: ‘Alwi bin Abdul Qadir as-Saqqâf

[7] HR. al-Bukhâri, no.50; Muslim, no. 9.

[8] Syarh Aqîdah Wâsithiyah, hlm: 61-62, karya Syaikh Muhammad Khalîl Harrâs, takhrîj: ‘Alwi bin Abdul Qadir as-Saqqâf

[9] As saabiq bil khoiraat adalah yang mengerjakan amalan wajib dan melengkapi dengan amalan sunnah, menjauhi yang haram dan juga yang makruh. Lihat keterangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitan Al Furqon. (ed)

[10] Al Muqtashid adalah yang hanya mencukupkan diri dengan mengerjakan yang wajib dan menjauhi yang haram. (ed)

[11] Diriwayatkan kisah ini oleh al-Aajuriy dalam kitab asy-Syari’at hlm 117

[12] Tafsir as-Sa’di 5/33

[13] Muttafaqun ‘Alaihi, Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.

[14] Diriwayatkan oleh al-Kholaal dalam kitab as-Sunnah no. 1045

[15] Muttafaqun ‘alaihi, diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.

[16] At-Taudhih wa al-Bayaan Lisyajarat al-Imaan hlm 14.

[17] Diriwayatkan ibnu Abi Syaibah dalam al- Mushannaf 11/26 dengan sanad shahih

[18] Diriwayatkan Abdullah bin Ahmad dalam kitab as-Sunnah 1/314

[19] Diriwayatkan Abdullah bin Ahmad dalam kitab as-Sunnah 1/335

[20] Diriwayatkan ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf 11/25 dan dinilai hasan oleh al-Albani dalam komentar beliau terhadap kitab al-Iman karya ibnu Abi Syaibah.

[21] Diriwayatkan al-Aajuuri dalam kitab asy-Syari’at hlm 117.

[22] Diriwayatkan al-Laalakai dalam Ushul I’tiqaad 5/959.

[23] Diriwayatkan Abu Nu’aim dalam al-Hilyah 10/115

[24] Diriwayatkan al-Khalaal dalam kitab as-Sunnah 2/678

ROHIS mau dibubarkan!! | IPNU Desak Depdiknas Hapus Rohis OSIS ..

Laporan: M Hendry Ginting

Sabtu, 6 maret 2010

Jakarta, RMOL. Munculnya gerakan radikalisme keagamaan pelajar di sekolah-sekolah negeri melalui organisasi intra siswa sekolah (OSIS) yang bernama Rohani Islam (Rohis) ternyata membuat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), IPPNU, Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan Pelajar Islam Indonesia (PII) khawatir gerakan itu mewujud sebagai ideologi keagamaan yang menumbuhkan radikalisme keagamaan di kalangan pelajar. Karena itu IPNU akan mendesak Depdiknas agar Rohis tersebut tidak dijadikan satu-satunya organisasi keagamaan di sekolah negeri (SMU).

“Kami akan mengusulkan pada muktamar NU di Makassar pada 22-27 Maret mendatang agar mendesak Mendiknas untuk merubah atau menghapus Rohis yang selama ini dijadikan satu-satunya organisasi keagamaan di sekolah negeri itu. IPNU sebagai kader NU akan mengawal gerakan keislaman yang moderat dan bukannya radikal maupun liberal, baik secara pemikiran, aksi maupun ideologi yang meresahkan masyarakat,” tandas Ketua Umum IPNU Ahmad Syauqi dalam Rakernas dan Harlah IPNU ke-58 bertajuk “Optimalisasi Peran IPNU Terhadap Arah Kebijakan Pendidikan Nasional” di Kampus UI Depok, Jakarta, Sabtu (6/3).

Oleh sebab itu IPNU menilai Muktamar NU ke-32 merupakan momentum penting bagi perlunya penyatuan persepsi dalam Keluarga Besar Nahdlatul Ulama (KBNU), baik Banom (badan otonom), lembaga maupun organisasi taktis lainnya untuk menyelamatkan generasi muda dan NU di masa mendatang. IPNU, kata Syauqi, selama ini sudah melakukan sinergi dengan dengan beberapa Banom NU seperti dengan Lembaga Pendidikan Ma'arif dan Rabithah Ma'ahid Islamiyah terkait pentingnya pendirian komisariat di sekolah dan pesantren NU dan terjadinya sinergi antara IPNU-Lakspesdam untuk standarisasi kurikulum-kurikulum NU.

Pelarangan ormas pelajar selain Rohis tersebut menurut Syauqi sudah terjadi sejak dikeluarkannya keputusan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdikbud tanggal 9 Juni tahun 1980 No.091/C/Kep/080 tentang Pola Pengembangan Siswa ditambah dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.0209/4/1984 tentang perbaikan kurikulum di sekolah umum tingkat atas. Akibatnya, kebijakan itu menimbulkan fenomena radikalisme agama di sekolah (SMU), yang menekankan pada satu wadah organisasi bernama Rohis yang berada di bawah OSIS tersebut. [dry]

http://www.rakyatmerdeka.co.id/news/2010/03/06/89218/IPNU-Desak-Depdiknas-Hapus-Rokhis-OSIS-



___________________________-


apa lagi ini?? adakah kaitannya dengan Jaringan Islam Liberal yang memang salah satu sasarannya adalah menginfiltrasi 2 ormas besar, NU dan Muhammadiyyah?? Apa hubungan Rohis dengan Teroris??


islam bersatu... Jangan mau diprovokasi kaum liberal...


Allahu a'lam

SALIMUL AQIDAH ed III | Mari Sejenak Berbicara tentang Zodiak

Ramalan Anda minggu ini:
Zodiak: Aquarius
Pekerjaan: Mulai menjalankan pekerjaan yang tertunda.
Asmara: Patah semangat dan jenuh.
Keuangan: Rezeki yang diperoleh ternyata tidak sebanding dengan usaha yang anda lakukan.

Saudaraku yang semoga dicintai oleh Allah, tulisan kami di atas sama sekali bukan bermaksud untuk menjadikan website ini sebagai website ramalan bintang, akan tetapi tulisan di atas merupakan kutipan dari sebuah website yang berisi tentang ramalan-ramalan nasib seseorang berdasarkan zodiak. Ya, ramalan zodiak atau yang biasa dikenal dengan ramalan bintang sudah menjadi “gaya hidup” modern anak muda sekarang. Terlebih khusus lagi bagi para pemuda bahkan pemuda pemudi islam. Namun, alangkah baiknya apabila kita meninjau ramalan bintang ini berdasarkan syariat islam.


Ramalan Bintang Termasuk Ilmu Nujum/Perbintangan

Zodiak adalah tanda bintang seseorang yang didasarkan pada posisi matahari terhadap rasi bintang ketika orang tersebut dilahirkan. Zodiak yang dikenal sebagai lambang astrologi terdiri dari 12 rasi bintang (Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo, Libra, Scorpio, Sagitarius, Capricorn, Aquarius dan Pisces). Zodiak ini biasa digunakan sebagai ramalan nasib seseorang, yaitu suatu ramalan yang didasarkan pada kedudukan benda-benda tata surya di dalam zodiak (disarikan dari website Wikipedia). Dalam islam, zodiak termasuk ke dalam ilmu nujum/Perbintangan.

Ramalan Bintang Adalah Sihir

Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam bersabda: “Siapa yang mempelajari ilmu nujum berarti ia telah mempelajari cabang dari ilmu sihir, apabila bertambah ilmu nujumnya maka bertambah pulalah ilmu sihirnya.” (HR Ahmad dengan sanad hasan). Hadits ini dengan jelas dan tegas menyatakan bahwa ilmu nujum (yang termasuk dalam hal ini adalah ramalan bintang) merupakan bagian dari sihir. Bahkan Rasulullah menyatakan bahwa apabila ilmu nujumnya itu bertambah, maka hal ini berarti bertambah pula ilmu sihir yang dipelajari orang tersebut. Sedangkan hukum sihir itu sendiri adalah haram dan termasuk kekafiran, sebagaimana Allah berfirman yang artinya: “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir).” (Qs. Al Baqarah: 102)

Ramalan Bintang = Mengetahui Hal yang Gaib

Seseorang yang mempercayai ramalan bintang, secara langsung maupun tidak langsung menyatakan bahwa ada zat selain Allah yang mengetahui perkara gaib. Padahal Allah telah menegaskan dalam Al-Qur’an bahwa tidak ada yang mengetahui perkara yang gaib kecuali Dia. Allah berfirman yang artinya: “Katakanlah: Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah.” (Qs. An Naml: 65). Dalam ayat lain, Allah menegaskan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui apa yang akan terjadi besok, sebagaimana firmanNya yang artinya “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Qs. Luqman: 34). Klaim bahwa ada yang mengetahui ilmu gaib selain Allah adalah kekafiran yang mengeluarkan dari islam.

Ramalan Bintang = Ramalan Dukun

Setiap orang yang menyatakan bahwa ia mengetahui hal yang gaib, maka pada hakikatnya ia adalah dukun. Baik dia itu tukang ramal, paranormal, ahli nujum dan lain-lain. (Mutiara Faidah Kitab Tauhid, Ust Abu Isa Hafizhohullah) Oleh karena itu, ramalan yang didapatkan melalui zodiak sama saja dengan ramalan dukun. Hukum membaca ramalan bintang disamakan dengan hukum mendatangi dukun. (Kesimpulan dari penjelasan Syeikh Shalih bin Abdul Aziz Alu syaikh dalam kitab At-Tamhid).

Hukum Membaca Ramalan Bintang

Orang yang membaca ramalan bintang/zodiak baik itu di majalah, koran, website, melihat di TV ataupun mendengarnya di radio memiliki rincian hukum seperti hukum orang yang mendatangi dukun, yaitu sebagai berikut:

Jika ia membaca zodiak, meskipun ia tidak membenarkan ramalan tersebut. maka hukumnya adalah haram, sholatnya tidak diterima selama 40 hari. Dalilnya adalah “Barangsiapa yang mendatangi peramal, lalu menanyakan kepadanya tentang sesuatu, maka tidak diterima shalatnya selama 40 hari.” (HR. Muslim)

Jika ia membaca zodiak kemudian membenarkan ramalan zodiak tersebut, maka ia telah kufur terhadap ajaran Muhammad Shallahu alaihi wasallam. Rasulullah bersabda “Barang siapa yang mendatangi tukang ramal atau dukun, lalu mempercayai apa yang diucapkannya, maka ia telah kufur dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad Shallahu alaihi wasallam.” (Hadits sahih Riwayat Imam Ahmad dan Hakim).

Jika ia membaca zodiak dengan tujuan untuk dibantah, dijelaskan dan diingkari tentang kesyirikannya, maka hukumnya terkadang dituntut bahkan wajib. (disarikan dari kitab Tamhid karya Syeikh Shalih bin Abdul Aziz Alu syaikh dan Qaulul Mufid karya Syeikh Utsaimin dengan sedikit perubahan).

Shio, Fengshui, dan Kartu Tarot

Di zaman modern sekarang ini tidak hanya zodiak yang digunakan sebagai sarana untuk meramal nasib. Seiring dengan berkembangnya zaman, ramalan-ramalan nasib dalam bentuk lain yang berasal dari luar pun mulai masuk ke dalam Indonesia. Di antara ramalan-ramalan modern impor lainnya yang berkembang dan marak di Indonesia adalah Shio, Fengshui (keduanya berasal dari Cina) dan kartu Tarot (yang berasal dari Italia dan masih sangat populer di Eropa). Kesemua hal ini hukumnya sama dengan ramalan zodiak.

Nasib Baik dan Nasib Buruk

Saudaraku yang semoga dicintai oleh Allah, jika ukhti renungkan, maka sesungguhnya orang-orang yang mencari tahu ramalan nasib mereka, tidak lain dan tidak bukan dikarenakan mereka menginginkan nasib yang baik dan terhindar dari nasib yang buruk. Akan tetapi, satu hal yang perlu kita cam dan yakinkan di dalam hati-hati kita, bahwa segala hal yang baik dan buruk telah Allah takdirkan 50 ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi, sebagaimana Nabi bersabda “Allah telah menuliskan takdir seluruh makhluk 50 ribu tahun sebelum menciptakan langit dan bumi.” (HR. Muslim). Hanya Allah yang tahu nasib kita. Yang dapat kita lakukan adalah berusaha sebaik mungkin untuk mendapatkan hal yang baik dan terhindar dari hal yang buruk, selebihnya kita serahkan semua hanya kepada Allah. Allah berfirman yang artinya “Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (Qs. Ath Thalaq: 3). Terakhir, ingatlah, bahwa semua yang Allah tentukan bagi kita adalah baik meskipun di mata kita hal tersebut adalah buruk. Allah berfirman yang artinya “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Qs. Al-Baqarah: 216). Berbaik sangkalah kepada Allah bahwa apabila kita mendapatkan suatu hal yang buruk, maka pasti ada kebaikan dan hikmah di balik itu semua. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih dan Maha Adil terhadap hamba-hambaNya.

***

Penulis: Abu ‘Uzair Boris Tanesia
Muroja’ah: Ust Ahmad Daniel, Lc.
(Alumni Universitas Islam Madinah, Saudi Arabia. Sekarang dosen di STDI Imam Syafi’i Jember)
Artikel www.muslimah.or.id

Jumat, 05 Maret 2010

MEGA BAZAAR COMPUTER 2010 (3 MARET - 7 MARET 2010)

MEGA BAZAAR COMPUTER 2010 (3 MARET - 7 MARET 2010)
Yayasan APKOMINDO bersama Dyandra Promosindo dengan bangga kembali menggelar pameran komputer yang dapat dijadikan sarana untuk menampung keinginan para pengusaha komputer dalam merealisasikan usaha serta bisnis mereka. Untuk pengunjung, banyak keuntungan yang bisa didapatkan, diantaranya bisa memilih komputer dengan teknologi dan spesifikasi yang terbaru dengan harga yang bersaing, bahkan akan mendapatkan discount atau hadiah disaat pameran berlangsung. Dengan hadirnya semua pengusaha komputer didalam satu pameran, pengunjung bisa memilih komputer mana yang cocok dan sesuai dengan keinginan. Belum lagi dengan hadirnya pendukung acara seperti games, hiburan, workshop dan seminar, diharapkan pengunjung pameran tahun ini bisa lebih banyak dibandingan tahun kemarin. Mega Bazaar Computer 2010 kali ini merupakan suatu event yang menandai bangkitnya perekonomian Indonesia terutama dibidang teknologi informasi.

MEGA BAZAAR KOMPUTER 2010 serentak diadakan di 7 kota besar di Indonesia :
Jakarta : Hall A, B & Cendrawasih Hall Jakarta Convention Center
Bandung : Graha Manggala Siliwangi
Semarang : Pusat Rekreasi dan Pameran Pembangunan
Malang : DOME-UMM, Malang
Surabaya : Gramedia Expo
Yogyakarta : Grand Bima Jogja Expo Center
Makassar : Celebes Convention Center

Produk-produk yang akan ditawarkan antara lain :

1. Personal Computer (Desktop Computers)
2. Notebook
• Notebook
• Pocket PC
• Tablet PC
3. Services
• Internet Provider
• Network Provider
• VOIP Access Provider
• Security Applications
4. Multimedia Gadget
• Multimedia Player (MP3/MP4 Player)
• Digital Camera
• Video Camera
5. Accessories
• Operating System
• Software
• Printers
• Tutorial Books
• Inks
• Scanners
• Mobile Data Carrier
• ROMs
• Sound System
• UPS
• Others

seleksi MAhasiswa Berprestasi

Ayo tunjukkan motivasi dan keberanianmu untuk menjadi Mawapres 2010...!!!

Segera daftar ke DEPARTEMEN ATAU FAKULTAS temen2 masing-masing, dengan menyerahkan:
1. Karya Ilmiah
2. Daftar riwayat hidup
3. Foto copy yang dilegalisir: Sertifikat/ Piagam kegiatan Intra/ekstra kurikuler
4. Abstrak Ringkasan Karya Tulis berbahasa Inggris maksimal 2 halaman
5. Foto copy Kartu Mahasiswa dilegalisir

untuk panduan dan form dapat didownload di website kemahasiswaan di http://kemahasiswaan.ipb.ac.id

Ahlus Sunnah Wal Jama’ah ( dlm Beberapa Keadaaan)

Dalam realita kehidupan, Ahlus Sunnah melalui ahwal (KEADAAN) serta tahapan yang berbeda-beda, baik yang sudah terjadi di masa lalu maupun yang akan dilalui pada masa mendatang.

Ahwal (keadaan) dan tahapan itu ringkasnya adalah sebagai berikut:

1. Adanya Khilafah Islamiyah (Yang berdiri di atas manhaj Ahlussunnah wal Jama’ah) seperti zaman Khulafa Ar-rasyidin, kewajiban muslimin pada saat ini adalah mendukung negara dan menta’ati imam.

2. Adanya satu negara Islam atau lebih (beberapa negara yang menerap-kan hukum Islam) di batas teritorial-teritorial tertentu, tetapi belum mencapai Khilafah Islamiyah total karena halangan-halangan tertentu dan imam negara ini adalah seorang sunni, maka kewajiban seorang muslim di dalam lingkungan negara itu sama seperti keadaan pertama.

3. Adanya negara Islam tetapi Imamnya bid’i (ahlul bid`ah) . Kewajiban muslimin pada saat ini adalah mentaati imam pada selain bid’ahnya dan mendukung negara serta mendakwahkan imam ke sunnah kalau imam tidak bisa diganti tanpa fitnah yang lebih kecil dari fitnah bid’ah-nya.

4. Tidak adanya negara Islam. Tetapi ada jama’ah Ahlus Sunnah wal Jama’-ah yang dipimpin oleh sekelompok ulama sunnah dalam satu wadah Ahlul Hal wal ’Aqdi maka kewajiban kaum muslimin adalah menta’ati Ahlul Hal wal ’Aqdi dan ikut bersama mereka memperjuangkan berdiri-nya negara Islam atau khilafah Islamiyah (Khilafah Islamiyah adalah bentuk tersempurna dari negara Islam).

5. Tidak adanya negara Islam dan tidak adanya Ahlul hal wal ’Aqdi, maka kewajiban Ahlus sunnah adalah berjuang mendirikan negara Islam dengan tetap menghargai petunjuk-petunjuk kaum ulama Ahlus sunnah yang berjuang untuk maslahat umat dan mentaati ijma’ mereka.
Sekarang, bagaimanakah keadaan Ahlus sunnah wal jama’ah di Indonesia?

Bagi orang yang mengerti manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan menye-lami situasi pada saat ini, jelas sekali bahwa Ahlus sunnah di Indonesia belum mempunyai negara Islam dan tidak mempunyai ulama Ahlul hal wal ’Aqdi yang bertemu di suatu wadah perjuangan untuk menegakkan manhaj Alloh Subhanahu wa Ta`ala. Yang ada adalah usaha-usaha yang gigih dari para da’i dan harokah-harokah Islamiyah dengan bentuk-bentuk dan arah-arah yang sering berbeda satu sama lainnya.

Kenyataan pahit lain adalah bahwa umat ini berada dalam kepungan ketat yang sangat mencekik. Dengan penjelasan-penjelasan berikut kita akan coba menganalisa UNSUR-UNSUR PENGEPUNG tersebut:

1. Ahlul bid’ah.

Sudah menjadi kenyataan bahwa pimpinan keagamaan kaum muslimin di banyak negeri Islam kebanyakan berada di tangan Ahlul bid’ah, baik dari firqoh Sufiyyah, As’ariyah, Mu’tazilah, Aqlaniyah maupun murid-murid kaum orientalis. Merekalah yang memberikan pengarahan-pengarahan kepada umat ini.

Pimpinan sufiyah dan As’ariyah menjadi panutan hampir bagi seluruh kaum muslimin di negeri-negeri tersebut. Mereka memiliki banyak sekali lembaga-lembaga pendidikan yang menjadi sarana yang ampuh sekali untuk menanamkan bid’ah-bid’ah mereka. Di samping lembaga-lembaga tersebut, mereka pun mempunyai jaringan da’wah yang men-dapat wala’ (loyalitas) yang besar sekali dari kaum muslimin.

Perguruan-perguruan tinggi adalah ladang yang subur sekali untuk Aqlaniyun , Mu’tazilah dan murid-murid kaum orientalis yang menye-barkan pemahaman pluralisme untuk mengaburkan masalah agar tidak jelas lagi mana yang haq dan mana yang batil.

Syi’ah Rafidhah mulai bergerak dengan cepat dibantu oleh sebuah negara minyak yang kaya. Mereka bertujuan men-syi’ah-kan Ahlus Sunnah di negeri ini, seperti halnya pensyi’ahan Ahlus sunnah di Iran yang sebelumnya adalah mayoritas di negeri itu. Dengan mentokohkan orang-orang mereka, orang-orang dari Ahlus sunnah dengan mudah bisa ditipu.

2. Kebudayaan nasional

Kebanyakan dari elemen-elemen kebudayaan nasional adalah pening-galan kaum kuffar Hindu dan Budha. Upaya menyemarakan, meng-hidupkan dan memasarkan kebudayaan ini adalah suatu da’wah untuk kembali menyelami tata cara kekufuran.

3. Sihir

Para tukang sihir, agen-agen iblis, melancarkan aktifitas mereka dengan berbagai macam cara. Menawarkan pada umat yang sedang menderita kejahilan ini, semua macam pelayanan syaitoniyyah. Melalui media-media resmi, mereka menawarkan solusi-solusi problematik kehidupan pribadi muslim, tawaran-tawaran yang menggiurkan untuk orang-orang jahil dan lemah iman.

Meruntuhkan iman dan menjauhkan se-orang muslim dari agamanya. Para-normal, orang pintar dan nama-nama lain dikemas untuk menyesatkan kaum muslimin dari ajaran-ajaran yang mulia, bahkan jajanan ini dijual dengan bebas di seluruh daerah, tanpa menghadapi halangan yang berarti sedikitpun.

4. Kaum sekuler

Seperti kita ketahui bahwa paham sekulerisme adalah pemisahan agama dari kehidupan bermasyarakat dan kehidupan sehari-hari seorang pribadi. Jadi sekulerisme berarti penghancuran agama.

Setiap kelompok sekuler, yang beraneka-ragam alirannya, berusaha merekrut anggota dan pendukung sebanyak-banyaknya. Perekrutan ini bisa berarti peletakan seorang muslim yang direkrut pada jalur yang menuju ke pintu kemurtadan, sebab setelah sang anggota dicekoki aqidah-aqidah kelompok sekuler dan menetap di hatinya, maka mulai-lah ia melangkah keluar dari Islam.

Ini bukan berarti pengkafiran semua anggota kelompok sekuler yang asalnya beragama Islam, sebab aplikasi pengkafiran memerlukan tabayyun dan penegakkan hujjah. Disamping tugas utama kita adalah berdakwah, bukan mengkafirkan.

Sistem pendidikan nasional berjalan di atas sekulerisme, putra-putri Islam sejak balita sudah diisi dengan adat-istiadat sekulerisme, secara sadar atau tidak sadar. Akibat semua ini kita dapati cara berpikir dan berpri-laku sekuler mendominasi bagian terbesar dari masyarakat kita.

5. Agama-agama selain Islam

Tanshir (Kristenisasi) sejak zaman penjajahan Belanda sangat giat meng-kafirkan umat Islam dengan sarana-sarana dan finansial yang hampir-hampir tidak terbatas. Kegiatan tanshir ini didukung oleh semua negara-negara nasroni di barat dan timur. Indonesia adalah negara yang mendapat prioritas kristenisasi terbesar pada zaman ini. Dengan rayuan harta dan kebohongan, hari demi hari pemurtadan bertambah luas.

Pihak-pihak agama lain seperti Budha, Hindu dan lain-lain pun me-ngembangkan diri, tidak tinggal diam. Mereka terus menyusun keku-atan, sekolah-sekolah keagamaan mereka terus menjalar, cerita-cerita keagamaan dipasar-kan seluas-luasnya, baik melalui media cetak, maupun media elektronik yang semuanya merupakan racun-racun yang kalau sudah mengendap di benak putra-putri Islam akan sangat mengganggu dalam pelurusan Aqidah mereka.

6. Westernisasi (pembaratan) di bidang Akhlak melaju dengan cepat. Sangat jelas sekali adanya kekuatan yang bergerak mendorong semua ini berlangsung.

Semua musibah yang kita sebutkan di atas tadi dipayungi bahkan dilin-dungi oleh musibah yang lebih besar lagi dan merupakan unsur penge-pung yang paling berat yaitu tidak diterapkannya hukum Alloh.

(Dakwatuna)