Dalam realita kehidupan, Ahlus Sunnah melalui ahwal (KEADAAN) serta tahapan yang berbeda-beda, baik yang sudah terjadi di masa lalu maupun yang akan dilalui pada masa mendatang.
Ahwal (keadaan) dan tahapan itu ringkasnya adalah sebagai berikut:
1. Adanya Khilafah Islamiyah (Yang berdiri di atas manhaj Ahlussunnah wal Jama’ah) seperti zaman Khulafa Ar-rasyidin, kewajiban muslimin pada saat ini adalah mendukung negara dan menta’ati imam.
2. Adanya satu negara Islam atau lebih (beberapa negara yang menerap-kan hukum Islam) di batas teritorial-teritorial tertentu, tetapi belum mencapai Khilafah Islamiyah total karena halangan-halangan tertentu dan imam negara ini adalah seorang sunni, maka kewajiban seorang muslim di dalam lingkungan negara itu sama seperti keadaan pertama.
3. Adanya negara Islam tetapi Imamnya bid’i (ahlul bid`ah) . Kewajiban muslimin pada saat ini adalah mentaati imam pada selain bid’ahnya dan mendukung negara serta mendakwahkan imam ke sunnah kalau imam tidak bisa diganti tanpa fitnah yang lebih kecil dari fitnah bid’ah-nya.
4. Tidak adanya negara Islam. Tetapi ada jama’ah Ahlus Sunnah wal Jama’-ah yang dipimpin oleh sekelompok ulama sunnah dalam satu wadah Ahlul Hal wal ’Aqdi maka kewajiban kaum muslimin adalah menta’ati Ahlul Hal wal ’Aqdi dan ikut bersama mereka memperjuangkan berdiri-nya negara Islam atau khilafah Islamiyah (Khilafah Islamiyah adalah bentuk tersempurna dari negara Islam).
5. Tidak adanya negara Islam dan tidak adanya Ahlul hal wal ’Aqdi, maka kewajiban Ahlus sunnah adalah berjuang mendirikan negara Islam dengan tetap menghargai petunjuk-petunjuk kaum ulama Ahlus sunnah yang berjuang untuk maslahat umat dan mentaati ijma’ mereka.
Sekarang, bagaimanakah keadaan Ahlus sunnah wal jama’ah di Indonesia?
Bagi orang yang mengerti manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan menye-lami situasi pada saat ini, jelas sekali bahwa Ahlus sunnah di Indonesia belum mempunyai negara Islam dan tidak mempunyai ulama Ahlul hal wal ’Aqdi yang bertemu di suatu wadah perjuangan untuk menegakkan manhaj Alloh Subhanahu wa Ta`ala. Yang ada adalah usaha-usaha yang gigih dari para da’i dan harokah-harokah Islamiyah dengan bentuk-bentuk dan arah-arah yang sering berbeda satu sama lainnya.
Kenyataan pahit lain adalah bahwa umat ini berada dalam kepungan ketat yang sangat mencekik. Dengan penjelasan-penjelasan berikut kita akan coba menganalisa UNSUR-UNSUR PENGEPUNG tersebut:
1. Ahlul bid’ah.
Sudah menjadi kenyataan bahwa pimpinan keagamaan kaum muslimin di banyak negeri Islam kebanyakan berada di tangan Ahlul bid’ah, baik dari firqoh Sufiyyah, As’ariyah, Mu’tazilah, Aqlaniyah maupun murid-murid kaum orientalis. Merekalah yang memberikan pengarahan-pengarahan kepada umat ini.
Pimpinan sufiyah dan As’ariyah menjadi panutan hampir bagi seluruh kaum muslimin di negeri-negeri tersebut. Mereka memiliki banyak sekali lembaga-lembaga pendidikan yang menjadi sarana yang ampuh sekali untuk menanamkan bid’ah-bid’ah mereka. Di samping lembaga-lembaga tersebut, mereka pun mempunyai jaringan da’wah yang men-dapat wala’ (loyalitas) yang besar sekali dari kaum muslimin.
Perguruan-perguruan tinggi adalah ladang yang subur sekali untuk Aqlaniyun , Mu’tazilah dan murid-murid kaum orientalis yang menye-barkan pemahaman pluralisme untuk mengaburkan masalah agar tidak jelas lagi mana yang haq dan mana yang batil.
Syi’ah Rafidhah mulai bergerak dengan cepat dibantu oleh sebuah negara minyak yang kaya. Mereka bertujuan men-syi’ah-kan Ahlus Sunnah di negeri ini, seperti halnya pensyi’ahan Ahlus sunnah di Iran yang sebelumnya adalah mayoritas di negeri itu. Dengan mentokohkan orang-orang mereka, orang-orang dari Ahlus sunnah dengan mudah bisa ditipu.
2. Kebudayaan nasional
Kebanyakan dari elemen-elemen kebudayaan nasional adalah pening-galan kaum kuffar Hindu dan Budha. Upaya menyemarakan, meng-hidupkan dan memasarkan kebudayaan ini adalah suatu da’wah untuk kembali menyelami tata cara kekufuran.
3. Sihir
Para tukang sihir, agen-agen iblis, melancarkan aktifitas mereka dengan berbagai macam cara. Menawarkan pada umat yang sedang menderita kejahilan ini, semua macam pelayanan syaitoniyyah. Melalui media-media resmi, mereka menawarkan solusi-solusi problematik kehidupan pribadi muslim, tawaran-tawaran yang menggiurkan untuk orang-orang jahil dan lemah iman.
Meruntuhkan iman dan menjauhkan se-orang muslim dari agamanya. Para-normal, orang pintar dan nama-nama lain dikemas untuk menyesatkan kaum muslimin dari ajaran-ajaran yang mulia, bahkan jajanan ini dijual dengan bebas di seluruh daerah, tanpa menghadapi halangan yang berarti sedikitpun.
4. Kaum sekuler
Seperti kita ketahui bahwa paham sekulerisme adalah pemisahan agama dari kehidupan bermasyarakat dan kehidupan sehari-hari seorang pribadi. Jadi sekulerisme berarti penghancuran agama.
Setiap kelompok sekuler, yang beraneka-ragam alirannya, berusaha merekrut anggota dan pendukung sebanyak-banyaknya. Perekrutan ini bisa berarti peletakan seorang muslim yang direkrut pada jalur yang menuju ke pintu kemurtadan, sebab setelah sang anggota dicekoki aqidah-aqidah kelompok sekuler dan menetap di hatinya, maka mulai-lah ia melangkah keluar dari Islam.
Ini bukan berarti pengkafiran semua anggota kelompok sekuler yang asalnya beragama Islam, sebab aplikasi pengkafiran memerlukan tabayyun dan penegakkan hujjah. Disamping tugas utama kita adalah berdakwah, bukan mengkafirkan.
Sistem pendidikan nasional berjalan di atas sekulerisme, putra-putri Islam sejak balita sudah diisi dengan adat-istiadat sekulerisme, secara sadar atau tidak sadar. Akibat semua ini kita dapati cara berpikir dan berpri-laku sekuler mendominasi bagian terbesar dari masyarakat kita.
5. Agama-agama selain Islam
Tanshir (Kristenisasi) sejak zaman penjajahan Belanda sangat giat meng-kafirkan umat Islam dengan sarana-sarana dan finansial yang hampir-hampir tidak terbatas. Kegiatan tanshir ini didukung oleh semua negara-negara nasroni di barat dan timur. Indonesia adalah negara yang mendapat prioritas kristenisasi terbesar pada zaman ini. Dengan rayuan harta dan kebohongan, hari demi hari pemurtadan bertambah luas.
Pihak-pihak agama lain seperti Budha, Hindu dan lain-lain pun me-ngembangkan diri, tidak tinggal diam. Mereka terus menyusun keku-atan, sekolah-sekolah keagamaan mereka terus menjalar, cerita-cerita keagamaan dipasar-kan seluas-luasnya, baik melalui media cetak, maupun media elektronik yang semuanya merupakan racun-racun yang kalau sudah mengendap di benak putra-putri Islam akan sangat mengganggu dalam pelurusan Aqidah mereka.
6. Westernisasi (pembaratan) di bidang Akhlak melaju dengan cepat. Sangat jelas sekali adanya kekuatan yang bergerak mendorong semua ini berlangsung.
Semua musibah yang kita sebutkan di atas tadi dipayungi bahkan dilin-dungi oleh musibah yang lebih besar lagi dan merupakan unsur penge-pung yang paling berat yaitu tidak diterapkannya hukum Alloh.
(Dakwatuna)
Jumat, 05 Maret 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar